Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) belum akan membahas secara serius rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split). Pasalnya, perusahaan semen BUMN ini tengah fokus pada perubahan fungsi perusahaan menjadi strategic holding.
Rencana stock split di level Rp 20.000 per saham dengan rasio 1 banding 5 (1:5) memang telah terdengar santer sejak akhir tahun lalu. Wacana ini muncul mengingat harga saham SMGR terus melonjak, dan tutup akhir tahun 2012 di level Rp 15.850 per saham.
Saat itu, Direktur Utama SMGR, Dwi Soetjipto mengungkap rencana tersebut dihadapan wartawan. Dwi bilang, pihaknya akan mempertimbangkan stock split jika harga saham SMGR menyentuh level Rp 20.000 per saham. "Tujuannya untuk melikuiditaskan saham SMGR dan bisa dijangkau investor kecil," kata Dwi waktu itu.
Jika memang nantinya terealisasi, aksi stock split tersebut menjadi yang kedua kalinya bagi Semen Indonesia yang dahulu bernama Semen Gresik. Pada 2007 silam, para pemegang saham Semen Gresik menyetujui rasio pemecahan nilai nominal saham 1:10. Pada periode itu, nilai nominal saham SMGR menjadi Rp 100 per saham dari sebelumnya Rp 1.000 per saham.
Untuk saat ini, sejak awal tahun 2011, saham SMGR menyentuh level tertingginya Rp 16.100 per saham pada 21 Desember 2012, dengan level terendah Rp 9.950 per saham yang terjadi pada 4 Juni 2012.
Direktur Keuangan SMGR, Ahyanizzaman menjelaskan, rencana stock split masih dipelajari, dan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Sementara, Sekretaris Perusahaan SMGR, Agung Wiharto menganggap rencana stock split hanyalah sebuah wacana saja. "Itu bukan merupakan agenda yang urgent buat Semen Indonesia," katanya kepada KONTAN.
Sebenarnya, wacana stock split SMGR di level Rp 20.000 per saham sangat ditunggu-tunggu para investor terutama investor ritel. Beberapa analis menganggap harga saham SMGR sudah dianggap terlalu mahal untuk dikoleksi.
Equity Analyst PT Samuel Sekuritas, Adrianus Bias menyambut baik wacana stock split SMGR. Namun Bias menyadari wacana itu tidak akan terjadi di tahun ini. "Secara fundamental, kinerja dan performa saham SMGR sangat luar biasa. Apa yang terjadi di SMGR pasti jadi sorotan investor, begitu juga dengan wacana stock split itu," ucap Bias.
Namun Bias tidak seiya sekata dengan wacana stock split di level Rp 20.000 per saham. Menurut dia, level terlalu mahal, kurang reliable dan tidak market friendly. Bahkan Bias hanya menargetkan saham SMGR berada di level Rp 17.500 per saham pada tahun ini.
Artinya,"Level Rp 17.500 per saham menjadi level yang tepat untuk realisasikan stock split. Tapi, itu kan keputusan manajemen SMGR, yang pasti jika terealisasi maka akan semakin likuid," jelasnya.
Keyakinan likuiditas SMGR setelah stock split dikarenakan industri semen yang dinilai tetap cerah. Tidak seperti beberapa saham yang sudah stock split tapi akhirnya malah bergerak stagnan karena prospek maupun kinerja sektor terkait tidak mendukung.
Berbeda dengan Bias, Analis PT Trust Securities, Reza Priyambada justru menargetkan saham SMGR bisa mencapai level Rp 18.000 per saham. Memang, diakui Reza, pergerakan ke level teratas SMGR itu tidak akan terjadi dalam waktu yang sangat cepat. "Pasti bertahap. Paling tidak, 3-4 bulan lagi bisa menyentuh level itu," tutur Reza.
Tapi, Reza tidak memungkiri saham SMGR akan bergerak rally jika kondisi pasar berlangsung bagus secara terus menerus. Reza pun tidak begitu yakin rencana stock split SMGR akan terjadi tahun ini. "Pokonya kita lihat pasar saja. Selama bagus, pasti saham SMGR akan rally," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News