kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.206   65,54   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   13,29   1,21%
  • LQ45 880   13,50   1,56%
  • ISSI 221   1,37   0,62%
  • IDX30 450   6,98   1,58%
  • IDXHIDIV20 541   6,55   1,23%
  • IDX80 127   1,60   1,27%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,91   1,30%

Menelisik Proyeksi Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS pada Tahun 2023


Selasa, 14 Februari 2023 / 21:36 WIB
Menelisik Proyeksi Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS pada Tahun 2023
Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). Menelisik Proyeksi Penguatan Rupiah Terhadap Dolar AS pada Tahun 2023.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2023 diperkirakan masih bisa kuat, meskipun diterpa sejumlah sentimen negatif global dan dalam negeri. Sebagai informasi, rupiah di pasar spot sempat melemah 0,47% di awal perdagangan pekan ini ke level Rp 15.205 per dolar AS.

Meskipun begitu, rupiah di pasar spot berhasil rebound 0,25% hari ini (14/2) ke Rp 15.167 per dolar AS. Sejalan, kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) hari ini menguat 0,31% ke Rp 15.168 per dolar AS.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, kenaikan suku bunga global menjadi salah satu faktor yang memperlambat pergerakan rupiah di tahun 2023.

Namun, kenaikan suku bunga global diperkirakan juga akan melambat menyusul melandainya inflasi di sejumlah negara, termasuk di AS.

Baca Juga: Alokasi Subsidi Energi Rp 339 Triliun dalam APBN Dinilai Mampu Tahan Gejolak di 2023

Disinflasi yang disebutkan Ketua The Fed Jerome Powell pun mengindikasikan bahwa bank sentral AS itu tak akan menaikkan suku bunga tahun 2023 seagresif pada tahun 2022. Menurut Alwi, kenaikan suku bunga The Fed tahun ini masih akan terjadi, tetapi kisarannya masih terbatas.

Hal itu, kata Alwi, secara langsung akan melemahkan indeks dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah.

“The Fed menargetkan suku bunga bisa naik di atas 5,1%. Saat ini, suku bunga The Fed di 4,5%, sehingga ada kemungkinan naik sekitar 125 bps. Namun, ini tak seagresif tahun 2022 yang sebesar 445 bps,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (14/2).

Untuk sentimen dalam negeri, rupiah bisa menguat jika terjadi realisasi dari kebijakan dana hasil ekspor (DHE). “Dengan menahan DHE lebih lama di dalam negeri, diharapkan pasokan dolar AS di dalam negeri akan menjadi banyak, sehingga bisa memperkuat rupiah,” ungkapnya.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, penguatan rupiah di tahun 2023 bisa terjadi jika disinflasi AS terjadi hingga di bawah 5% seperti yang diharapkan The Fed.

“Selain itu, jika data neraca dagang domestik mengalami surplus, bukan tak mungkin rupiah bisa makin kuat,” katanya kepada Kontan, Selasa (24/2).

Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Masih Bisa Melemah ke Level Rp 15.400 pada 2023

Fikri melihat, rupiah di tahun 2023 masih akan terapresiasi, meskipun banyak sentimen negatif dari luar negeri. Menurut Fikri, hal yang mempengaruhi rupiah hanya inflasi AS, sementara inflasi negara lain dampaknya sangat kecil ke Indonesia.

“Jika Bank Indonesia (BI) bisa mengeluarkan kebijakan moneter yang tepat untuk merespons The Fed, kemungkinan rupiah bisa stabil,” tuturnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tingkat inflasi AS cenderung akan melandari hingga akhir tahun, sehingga melemahkan indeks dolar AS terhadap mata uang Asia, termasuk Indonesia.

Menurut Josua, nilai tukar rupiah juga cenderung masih akan bergerak cukup stabil dan sampai akhir tahun 2023, sekalipun ada beberapa sentimen negatif kondisi global, baik dari segi geopolitik dan perlambatan ekonomi dunia.

“Namun, ekonomi Indonesia masih cukup baik dan kita melihat bagaimana arah inflasi domestik yang cenderung melandai,” ungkapnya kepada Kontan, Selasa (14/2).

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 0,31% ke Rp 15.168 per Dolar AS, Selasa (14/2)

Josua mengatakan, harga komoditas tahun ini juga akan mendukung terjadinya surplus neraca dagang dan transaksi berjalan di dalam negeri, setidaknya sampai pada semester I 2023. “Kebijakan DHE dan operasi moneter valuta asing BI juga akan menjadi salah satu faktor fundamental yang akan mendukung penguatan pergerakan rupiah,” katanya.

Alwi memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.815 – 15.380 per dolar AS sepanjang tahun 2023. Fikri memproyeksikan rupiah di semester I 2023 akan berkisar pada Rp 15.210 per dolar AS. Sedangkan, rupiah diprediksi Fikri bisa menyentuh Rp 15.400 per dolar AS di akhir tahun 2023.

Sementara, Josua memperkirakan range rupiah pada semester I 2023 akan ada di level Rp 15.000 – 15.300 per dolar AS. Sedangkan, di akhir tahun 2023, rupiah diprediksi Josua bisa berada di kisaran Rp 15.000 – 15.400 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×