Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham yang tergabung dalam indeks LQ45 masih mencatatkan penurunan harga saham sepanjang kuartal keempat 2021 berjalan. Setidaknya ada 16 saham yang mengalami penurunan kinerja.
Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi saham dengan pelemahan terdalam yaitu 46,43% dalam tiga bulan terakhir. Selanjutnya, disusul saham PT Japfa Tbk (JPFA) yang terkoreksi hingga 18,97% dalam periode yang sama, kemudian ada saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dengan pelemahan 16,30% dalam tiga bulan terakhir.
Adapun saham lain yang masih mencatatkan return negatif ada PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).
Baca Juga: IHSG menguat 0,16% ke 6.626 hingga tutup pasar Rabu (15/12)
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, penurunan saham-saham LQ45 seiring dengan perspektif pelaku pasar terkait bisnis dari masing-masing emiten. Sentimen negatif ikut mendorong harga saham turun.
Sebagai contoh untuk saham emiten produsen rokok, kebijakan pemerintah yang berencana menaikkan cukai rokok pada tahun depan dinilai dapat membebani biaya dari emiten dan juga konsumsi pada produknya.
Sementara untuk sektor barang baku yang umumnya menggunakan bahan baku impor, depresiasi kurs rupiah turut memberikan tekanan pada naiknya bahan baku, sehingga dapat berdampak pada margin laba kotor. Hal tersebut turut mempengaruhi pergerakan saham-saham terkait.
Baca Juga: Prospek menarik, simak rekomendasi saham perbankan big cap berikut ini
Okie melihat, peluang dari window dressing mungkin saja terjadi mengingat pergerakan beberapa saham LQ45 ini cukup lagging. “Namun kita juga perlu melihat trigger positif apa yang akan terjadi guna mendorong naiknya ekspektasi pelaku pasar pada saham tersebut,” kata Okie, Rabu (15/12).
Okie memprediksi kinerja keuangan emiten LQ45 tahun ini cukup positif sejalan dengan pemulihan ekonomi yang hingga saat ini masih terjaga pada tren positif. Untuk saham yang lagging tersebut, Okie menyarankan agar pelaku pasar dapat mencermati apabila terjadi pola reversal, dan saat ini konfirmasi tersebut belum terlihat jelas.
Namun, dia menyatakan bahwa JPFA berpotensi membentuk triple bottom selama harga terjaga di atas Rp 1.550 dan pelaku pasar bisa mencermati pergerakannya. Pada perdagangan Rabu (15/12) saham JPFA ditutup di harga Rp 1.580 per saham.
Okie merekomendasikan speculative buy JPFA dengan support di Rp 1.550 dan resistance terdekat di Rp 1.630. “Sementara untuk GGRM dan HMSP kami belum melihat adanya pola pembalikan saat ini, kami menilai sentimen dari kenaikan cukai masih dapat membebani harga saham untuk berbalik arah dalam jangka waktu dekat,” pungkas dia.
Baca Juga: Saham emiten CPO kompak turun, simak prospek dan rekomendasi saham dari analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News