Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, kepemilikan INCO oleh BUMN, secara eksposur penjualan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan domestik, tentu akan menjadi pertimbangan.
“Peningkatan kepemilikan oleh MIND ID juga semakin mendorong perusahaan lebih konsisten dalam pembagian dividen, di samping kondisi tata kelola yang menurut saya dinilai sudah baik,” paparnya.
Praska melihat, saham-saham komoditas logam saat ini masih cenderung tertekan oleh penurunan harga komoditasnya.
Baca Juga: Prospek Saham Vale (INCO) di Tengah Perjuangan Raih Izin Usaha Pertambangan
Misalnya, nikel dan timah yang turun karena peningkatan suplai dan produksi di tahun lalu, serta melambatnya permintaan global akibat kekhawatiran dampak kebijakan moneter ketat terhadap permintaan industri.
“Selain itu, kondisi makro ekonomi China yang masih belum stabil juga menambah sentimen tekanan pada harga komoditas nikel yang sepanjang YTD Mei 2023 telah jatuh hingga 30% ke level US$ 20.000 per ton,” ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, Praska mengatakan, kinerja keuangan INCO diproyeksi akan melambat di semester II 2023 dan sudah diantisipasi investor dengan penurunan harga saham INCO sepanjang bulan Mei 2023.
Baca Juga: Belum Mendapat IUPK Baru, Investor Khawatirkan Saham Vale Indonesia (INCO)
Saham INCO diproyeksikan masih berstatus Netral dengan pola teknikal membentuk Triple Top, meskipun secara teknikal %R sudah mengindikasikan oversold.
Praska merekomendasikan buy on weakness untuk saham INCO dengan rentang akumulasi di Rp 6.000 -Rp 6.400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News