kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.200   -59,00   -0,36%
  • IDX 6.902   -25,93   -0,37%
  • KOMPAS100 1.005   -3,35   -0,33%
  • LQ45 769   -3,90   -0,50%
  • ISSI 227   -0,11   -0,05%
  • IDX30 396   -3,24   -0,81%
  • IDXHIDIV20 457   -4,57   -0,99%
  • IDX80 113   -0,36   -0,31%
  • IDXV30 113   -1,10   -0,96%
  • IDXQ30 128   -1,20   -0,93%

Mencermati arah dan posisi pemain saham


Senin, 10 Agustus 2015 / 07:43 WIB
Mencermati arah dan posisi pemain saham


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Narita Indrastiti, Sandy Baskoro | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan masih bergerak dalam tren melemah. Pada Jumat (7/8) pekan lalu, IHSG bertengger di posisi 4.770,30 atau sudah anjlok 13,63% ketimbang posisi tertinggi IHSG sepanjang sejarah, di level 5.523,29, pada 7 April 2015.

Melihat kondisi ini, para investor memilih bersikap konservatif. Memegang uang tunai merupakan salah satu langkah logis. "Saat ini, saya memegang cash setara 20% dari total portofolio saham saya," ungkap seorang investor senior kepada KONTAN, Ahad (9/8).

Bagi dia, memegang uang tunai 20% dari total portofolio merupakan porsi sangat besar. Saat kondisi normal, investor ini hanya memegang cash setara 1% hingga 2% total portofolio saham, yang mencapai Rp 500 miliar.

Saat ini, dia menggunakan 20% dana cash untuk masuk saham secara selektif. "Saya tak mau gegabah. Kondisi perekonomian kita belum menentu," ujarnya.

Di saat yang sama, sumber KONTAN ini menempatkan 80% total portofolionya di hampir semua sektor. "Tapi yang paling dominan, saham farmasi," ungkap dia. Di sektor farmasi, investor ini mengempit antara lain saham MERCK, SQBI serta EPMT, perusahaan distributor produk farmasi khususnya milik Kalbe Farma. Investor ini juga masuk saham BJTM.

Teguh Hidayat, salah satu investor dan pemain pasar modal, juga memilih banyak memegang dana tunai. Tapi bukan berarti dia berhenti trading di saat pasar melemah. Portofolionya kini lebih banyak di saham BUMN konstruksi. Adanya suntikan dana pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) membuat emiten konstruksi berekspansi.Selain memilih sektor BUMN konstruksi, Teguh bermain di saham konsumer yang kinerjanya tak turun terlalu dalam.

Investor lain, Sjambiri Lioe, menyarankan jangan masuk sebelum kondisi makro ekonomi jelas, pembangunan infrastruktur  berjalan dan ada kepastian bunga The Fed. Menurut dia, prospek pasar saham Indonesia tergantung pada ketiga hal tersebut, ditambah fluktuasi pasar regional, terutama bursa Tiongkok.

Dia melihat, saham blue chip saat ini belum bisa dikatakan murah. Sebab, ketika ekonomi jelek, saham yang seharusnya sudah murah bisa menjadi mahal. Bagi investor jangka pendek, Sjambiri menyarankan keluar, jika masih bisa menjual untung.

Sedangkan investor Lo Kheng Hong berpendapat, sebaiknya investor selalu mengingat prinsip buy on weakness. Menurut dia, saat ini adalah waktu tepat membeli saham bagus dengan harga murah. Sebab jika naik, sulit untuk bisa mengoleksi saham perusahan bagus. Kheng Hong bilang, penurunan indeks saat ini adalah peluang emas bagi investor jangka panjang, sehingga bisa menghasilkan capital gain besar.

Ellen May, seorang trader perempuan yang sudah banyak makan asam garam di pasar modal menilai, koreksi IHSG tahun ini belum mencapai dasar. Kondisi terburuk berpotensi terjadi pada Oktober nanti. Namun pasar modal bisa kembali membaik pada November, imbas dari penyerapan anggaran pemerintah yang efektif pada kuartal terakhir tahun ini.

Dus, jika ingin berinvestasi jangka pendek, Ellen menyarankan posisi yang bagus untuk beli adalah bulan September-Oktober. Saat ini, investor sudah bisa masuk secara bertahap, karena  support IHSG tahun ini di  4.300 dan tidak mungkin terjun bebas ke bawah 4.000.

Soal strategi investasi, Ellen mengungkapkan pengalamannya. Selama IHSG terpangkas, dia selamat dari kerugian. Ellen justru untung karena sudah mulai keluar sejak Februari sebelum koreksi hebat terjadi.

Menurut Ellen, saat ini ada beberapa saham blue chip yang murah dan bisa dikoleksi bertahap, seperti BBRI dan BBNI. Adapula saham blue chip yang masih mahal tapi berprospek bagus seperti UNVR, BBCA dan  KLBF. Di saham itu, Ellen mulai buy back untuk jangka panjang. Sebab saham seperti itu tak mungkin terdiskon cukup dalam tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×