kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.535.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.139   61,00   0,38%
  • IDX 7.074   -6,71   -0,09%
  • KOMPAS100 1.051   -4,05   -0,38%
  • LQ45 822   -4,26   -0,52%
  • ISSI 212   0,04   0,02%
  • IDX30 421   -2,91   -0,69%
  • IDXHIDIV20 503   -3,58   -0,71%
  • IDX80 120   -0,49   -0,41%
  • IDXV30 125   -0,08   -0,06%
  • IDXQ30 139   -0,90   -0,64%

Menanti January Effect, Ada Peluang Menadah Saham Blue Chip yang Sudah Murah


Senin, 06 Januari 2025 / 07:45 WIB
Menanti January Effect, Ada Peluang Menadah Saham Blue Chip yang Sudah Murah
ILUSTRASI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/17/12/2024 Setelah melemah di tahun lalu, pada awal tahun ini pelaku pasar bisa mulai menadah saham-saham blue chip.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melemah di tahun lalu, pada awal tahun ini pelaku pasar bisa mulai menadah saham-saham blue chip. Barisan saham lapis pertama ini berpotensi menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah peluang hadirnya january effect.

Berkaca dari performa tahun lalu, indeks yang berisi saham blue chip, yakni LQ45 dan IDX30 terjun lebih dalam dibandingkan IHSG yang ambles 2,65%. Sedangkan LQ45 mengakumulasi pelemahan 14,83%, dan IDX30 anjlok 14,48% sepanjang tahun 2024.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menyoroti sejumlah faktor yang menjadi penekan saham blue chip. Mulai dari arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing, depresiasi nilai tukar rupiah, iklim suku bunga yang masih tinggi, serta sentimen ekonomi seperti penurunan daya beli.

Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menimpali, pelemahan blue chip pada tahun lalu juga akibat sentimen makro ekonomi global dan tensi geopolitik. Apalagi, ada tahun politik dengan pemilihan presiden di Indonesia dan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Sektor Konsumsi Dipandang Positif, Simak Rekomendasi Sejumlah Sahamnya

"Hal ini mendorong adanya shifting allocation investment ke dalam aset yang beresiko rendah, sehingga investor kecenderungan melepas saham, termasuk juga saham blue chip yang menjadi penggerak IHSG," ungkap Audi kepada Kontan.co.id, Minggu (5/1).

Memasuki tahun 2025, performa LQ45 dan IDX30 relatif sejalan dengan IHSG pada dua perdagangan awal. Audi meyakini saham blue chip bakal menjadi penggerak pasar. Dengan tidak terjadinya window dressing di akhir tahun lalu, realokasi investasi di awal tahun ini kemungkinan akan kembali bergeser ke saham blue chip.

Technical Analyst BRI Danareksa Sekuritas Reyhan Pratama melihat potensi bangkitnya saham-saham blue chip akan membuka peluang hadirnya january effect, yang bakal mendongkrak IHSG. "Dari aspek psikologis, optimisme awal tahun, akumulasi saham undervalue dan penyesuaian portofolio dengan saham-saham blue chip berpotensi menjadi pendorongnya," terang Reyhan. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, sebagian saham-saham blue chip sudah berada di titik harga yang menarik secara valuasi. Situasi ini membuka peluang untuk terjadinya technical rebound, setidaknya dalam jangka pendek.

Bagi investor yang berorientasi jangka menengah hingga panjang, saham blue chip bisa menjadi pilihan dengan mempertimbangkan pembagian dividen usai rilis kinerja setahun penuh 2024. "Investor dapat mulai akumulasi buy pada saham-saham blue chip saat harga mengalami koreksi. Mempertimbangkan potensi dividen yang menarik dalam beberapa bulan ke depan, ini menjadi peluang strategis," terang Ekky.

Ratih sepakat, pelaku pasar bisa memanfaatkan peluang capital gain dan dividend yield pada kuartal I-2025. Peluang akumulasi saham blue chip menjadi lebih menarik saat IHSG sedang dalam posisi undervalue. 

Baca Juga: Hujan Sentimen Positif, Emiten Kesehatan Bakal Makin Sehat di 2025

Hanya saja, investor juga perlu mencermati faktor eksternal. Terutama ketika secara global pelaku pasar cenderung wait and see akibat sinyal hawkish The Fed dan kebijakan Donal Trump usai nanti dilantik menjadi presiden AS.

"Perlu mempertimbangkan risiko, seperti depresiasi nilai tukar rupiah dan iklim suku bunga tinggi yang berpotensi masih terjadi. Oleh karena itu, strategi akumulasi dengan money management yang baik dapat dilakukan, misalnya buy on weakness dan dollar cost averaging," jelas Ratih.

Dalam jangka menengah, IHSG berpotensi rebound pada kuartal I-2025. Apalagi jika nilai nilai tukar rupiah serta harga komoditas energi dan tambang mineral-logam mengalami apresiasi. Sementara untuk jangka pendek hingga sepekan ke depan, Ratih memprediksi IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat dalam rentang 7.050 - 7.250. 

Ratih menyarankan untuk selektif mengoleksi saham blue chip. Sektor yang bisa dipertimbangkan adalah keuangan, khususnya saham big bank, telekomunikasi serta energi. Pelaku pasar bisa memperhatikan trading plan untuk sepekan ke depan.

Ratih merekomendasikan buy on weakness PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada harga Rp 4.150 dengan target resistance di Rp 4.350. Kemudian, buy PT Medco Energi Internasional Tbk(MEDC) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan target masing-masing di Rp 1.180 dan Rp 2.850.

Audi menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) PT United Tractors Tbk (UNTR) dan TLKM. Target harga masing-masing berada di Rp 7.200, Rp 1.900, Rp 31.900 dan Rp 3.200.

Sedangkan Reyhan menyarankan saham big bank yakni BBRI, BMRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk (BBNI). Kemudian, buy atau hold saham yang sedang uptrend seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).   

Baca Juga: Cara Bijak Investasi di Pasar Saham: Tips dari BNI Sekuritas

Selanjutnya: Menteri BUMN Dorong BTN Jadi Bank Raksasa

Menarik Dibaca: Rekomendasi Warna Cat yang Bisa Meningkatkan Mood Anda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×