kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Menanti hasil dari proyek migas Donggi Senoro


Rabu, 29 September 2010 / 10:29 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Medco Energi International Tbk (MEDC) berhasil mencatatkan kinerja menggembirakan pada semester I lalu. Pendapatan perusahaan minyak dan gas (migas) ini naik 27,67% menjadi US$ 397,1 juta. Adapun, laba bersihnya naik 26,2% menjadi US$ 12,09 juta.

MEDC yakin bisa mempertahankan pertumbuhan tersebut hingga akhir tahun ini. Bahan bakarnya adalah tren harga minyak bumi yang lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Di luar itu, MEDC lega karena pemerintah telah menyetujui perpanjangan kontrak MEDC untuk mengelola tiga blok migas, yakni blok A di Aceh, blok South Sumatera Extention di Sumatera Selatan, dan blok Bawean di Jawa Timur. "Kami sudah lama mengajukan proposal perpanjangan kontrak pengelolaan itu," ujar Nusky Suyono, Hubungan Investor MEDC.

Berkah harga minyak

Tapi, menurut Analis OSK Nusadana Securities Andrey Wijaya, pasar sudah menduga perpanjangan kontrak tersebut. "Jadi tak banyak memberikan katalis terhadap pergerakan sahamnya," ujarnya.

Andrey berpendapat, ladang migas MEDC yang bisa menjadi katalis harga saham perusahaan milik keluarga Panigoro ini adalah blok di Libya dan Donggi-Senoro. "Sayangnya pengaruh proyek ini belum terlihat. Blok K47 di Libya baru berproduksi 2014," imbuhnya, kemarin.

Lanang Trihardian, Analis Syailendra Capital, mempunyai penilaian lain. Dia bilang, harga minyak dunialah yang bakal menjadi pendorong utama harga saham MEDC.
Ia menyebut, selama semester I, harga jual rata-rata minyak MEDC naik 46,73%, dari semester I-2009 sebesar US$ 54,85 per barel menjadi US$ 80,48 per barel. "Tren kenaikan harga minyak masih berlanjut hingga akhir tahun dan menyimpan potensi positif terhadap Medco" katanya.

Namun, Lanang menyayangkan, perusahaan yang berdiri sejak 1984 itu belum optimal mengeksplorasi asetnya.

Analis J.P. Morgan Securities Indonesia Stevanus Juanda menilai, karakteristik perusahaan migas seperti MEDC memang membutuhkan waktu lama untuk melakukan eksplorasi migas. Biasanya investor ritel tidak sabar menunggu kabar hasil produksi. Alhasil, harga saham perusahaan yang IPO pada 1994 itu tidak banyak bergerak.

Selain keuntungan dari harga minyak yang naik, MEDC juga berpotensi menambah pendapatannya dari penjualan gas. Pendapatan perusahaan yang 46,41% sahamnya dimiliki Encore Energy ini berasal dari gas 60% dan minyak 40%. Jadi, naik turunnya harga gas pun menentukan kinerja MEDC. "Pendapatan MEDC tahun ini bisa mencapai
US$ 1,2 miliar dengan laba bersih sebesar US$ 46 juta," ramal Stevanus.

Andrey menduga, pendapatan MEDC US$ 1,02 miliar dengan laba bersih US$ 64 juta. Tahun lalu, MEDC meraih pendapatan US$ 667,80 juta dan laba bersih US$ 19,23 juta.

Andrey dan Stevanus merekomendasikan beli saham MEDC, dengan target harga masing-masing Rp 4.000 dan Rp 3.300 per saham. Tapi, Stevanus mungkin akan menaikkan target ini.

Sedangkan Lanang menyarankan tahan saham MEDC, sambil mengamati perkembangan proyek MEDC. "Meski harga minyak naik, banyak proyek MEDC yang belum jalan," dalihnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×