Reporter: Ragil Nugroho | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Udara Bandung yang relatif sejuk, tentu jadi lokasi yang nyaman untuk hunian. Apalagi, daerah yang dikelilingi pegunungan ini letaknya tak terlalu jauh dari Kota Jakarta.
Faktor-faktor ini yang membuat geliat properti hunian di Bandung tidak pernah lekang dimakan waktu. Menurut Asep Ahmad Rosidin, Direktur Era Bandung, kawasan ini dari tahun ke tahun tetap menjadi primadona dalam pilihan membeli properti hunian, baik rumah maupun apartemen.
Pilihan itu tetap berlaku untuk tahun ini. Bahkan, Asep optimistis, masa depan Bandung bakal lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, raksasa developer, seperti Summarecon Agung dan Agung Podomoro, telah menggarap beberapa proyek di daerah ini.
Belum lagi, sejumlah pemain lokal terus memperluas proyek hunian mereka. Sebut saja, Adipura Land yang menggarap Bumi Adipura yang lokasinya menempel dengan Summarecon Bandung. “Ada juga Mentari Agung Mandiri, Buana Kassiti dan Istana Group,” imbuh Asep.
Dengan penataan kota dan infrastruktur yang nyaman, Asep menyebutkan, wajar selama kuartal pertama tahun ini pasokan residensial di Bandung bertambah 3,7% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedang permintaannya tumbuh 2,6%.
Anton Sitorus, Director, Head of Research and Consultancy Savills Indonesia, mengatakan, sebagai target investasi properti, Bandung memang menjanjikan. Alasannya, daerah ini dari dulu sampai sekarang selalu menjadi sasaran urbanisasi. Ini akan jadi penggerak kenaikan harga pembelian maupun tarif penyewaan hunian.
“Bahkan, mulai banyak pengembang yang membangun apartemen lantaran ketersediaan lahan yang semakin terbatas di Bandung,” ujarnya.
Target pasar utamanya adalah para mahasiswa karena Bandung merupakan salah satu kota pendidikan di Indonesia. Ada Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Parahyangan.
Punya tantangan
Secara umum, Agung Wirajaya, AVP Strategic Marketing Residential PT Agung Podomoro Land Tbk, bilang, peluang properti hunian di Bandung sangat cerah, mengingat pertumbuhan infrastruktur yang masif juga penduduk yang cukup pesat.
“Artinya, potensi untuk pembeli selalu ada,” ujarnya. Info saja, Agung Podomoro menawarkan Podomoro Park yang berlokasi di Buah Batu.
Hanya, Harun Hajadi, Direktur Ciputra Group, menyatakan, ketersediaan lahan di Bandung yang makin menipis plus harga tanah yang kian meroket, maka peluang terbesar di kawasan ini adalah apartemen.
“Prospek apartemen masih cerah di Bandung,” jelasnya. Saat ini, Ciputra Group sedang menyiapkan proyek mixed-use bertajuk Citraland Bandung.
Meski prospektif, Bandung tetap memiliki sejumlah tantangan. Menurut Asep, kendala terbesar adalah ketidakcocokan harga antara permintaan konsumen dengan produk yang tersedia. Ini memang gendala yang hampir terjadi di semua wilayah di Indonesia.
Anton menambahkan, tantangan terbesar Bandung adalah spekulasi harga yang sangat tinggi sehingga berpotensi merugikan pembeli. Selain itu, perencanaan tata kota masih perlu perbaikan.
Kalau tidak, maka kemacetan akut akan mengurung kota kembang tersebut. “Ini tantangan bagi Wali Kota Bandung sekarang,” tegas dia.
Sementara menurut kaca mata Agung, tantangannya: secara kultur, masyarakat Bandung terbiasa tinggal di rumah tapak. Padahal, ketersediaan lahan di daerah ini semakin minim. “Mereka harus diedukasi secara intens agar mau membeli apartemen,” imbuhnya.
Bandung Selatan
Cuma, dari semua kawasan di Bandung, daerah Bandung Selatan diyakini yang paling prospektif. Soalnya, dibanding wilayah yang lain, daerah ini baru mulai dikembangkan.
Tambah lagi, Asep bilang, keberadaan jalan tol menambah potensi daya tarik Bandung Selatan. Sebut saja, Tol Soreang–Pasir Koja (Soroja) yang baru beroperasi. Kehadiran tol ini menambah alternatif akses dari Bandung menuju kawasan Ciwidey, yang merupakan salah satu daerah wisata favorit.
Asep percaya, dalam setahun ke depan, minat investasi properti hunian di Bandung Selatan bakal semakin tinggi. Ambil contoh, kenaikan harga di sekitar jalur kereta cepat Jakarta–Bandung yang naik sepuluh kali lipat.
Menurut Agung , di wilayah Bandung Selatan sedang marak pembangunan fasilitas umum, seperti sekolah dan rumahsakit. Harga tanahnya pun terbilang masih murah dibandingkan dengan daerah Bandung lain yakni Rp 5,5 juta per m². Sedangkan daerah lain sudah di atas Rp 6,5 juta per m².
Secara umum, pertumbuhan properti hunian di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir memang lesu. Tapi, Asep yang juga menjabat Presiden Direktur World Market Research, menyebutkan, kenaikan harga properti hunian di Bandung lima tahun belakangan terbilang lumayan, 10% per tahun.
Sedangkan berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI), pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial di Bandung selama kuartal I 2018 sebesar 4,52% ketimbang periode sama 2017. Ini tertinggi kedua setelah Bandar Lampung. Bahkan, dibandingkan kenaikan harga rumah nasional yang hanya 1,26%, tentu pertumbuhan Bandung menunjukkan angka yang jauh lebih baik.
Nah, berikut adalah sejumlah proyek hunian baru di daerah Bandung:
- Citraland Bandung
Ciputra Group berencana membangun Citraland Bandung yang terletak di Jalan Setiabudi. Proyek mixed-use ini bakal berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare (ha) yang memiliki tiga menara. Perinciannya adalah, dua tower untuk apartemen dan satu lagi buat perkantoran sekaligus pusat perbelanjaan.
Harun menjelaskan, pembangunan Citraland Bandung akan menelan investasi mencapai Rp 2,25 triliun termasuk untuk pengadaan tanah. Saat ini, proyek itu masih dalam tahap pematangan desain dan proses perizinan. “Kami harap, proyek ini mampu menyumbangkan 5%–6% pendapatan,” katanya.
Kelebihan Citraland Bandung, Harun membeberkan, lokasinya sangat strategis lantaran terletak di tengah kota dan akses ke pusat-pusat komersial sangat mudah. Dengan populasi Bandung yang semakin padat, ia optimistis, kelak apartemen Citraland Bandung laku keras. Ciputra Group akan membuka harga apartemen mulai Rp 1 miliar per unit.
Sebelum Citraland, Ciputra Group sudah hadir di Bandung dengan membangun CitraGreen Dago. Mereka berkongsi dengan PT Dam Utama Sakti Prima untuk mengembangkan kawasan hunian seluas 70 ha yang mengusung konsep hijau alias green.
- Podomoro Park
Segendang sepenarian dengan Ciputra Group, Agung Podomoro sedang menyiapkan proyek hunian yang sudah mereka rilis awal tahun. Namanya: Podomoro Park, sebuah kawasan kota terpadu di Bandung Selatan yang berdiri di atas lahan seluas 100 ha.
Pengembangan proyek akan berlangsung dalam tiga tahap. Maklum, bakal ada 3.000 rumah di Podomoro Park. Tahap awal, Agung Podomoro akan meluncurkan 500 unit dalam tiga klaster.
Yakni, klaster Amagriya Eka dan Amagriya Dwi yang menawarkan rumah dua lantai mulai tipe 94/90. Lalu, kluster premium Anapuri Eka yang berisi rumah dua lantai mulai tipe 156/160. Harganya, mulai Rp 1,5 miliar hingga Rp 6 miliar per unit.
Agung berharap, proyek ini mampu berkontribusi 20% terhadap pendapatan Agung Podomoro tahun ini. Ia yakin target itu bisa tercapai, mengingat lokasinya sangat dekat dengan Gerbang Tol Buah Batu. Dan, menawarkan udara sejuk karena berada di kaki bukit dengan pemandangan Gunung Malabar.
Dengan konsep alam, kawasan hunian ini akan memiliki danau yang membentang sepanjang kurang lebih satu kilometer. Yang mendesain danau ini adalah ahli profesional ternama, sehingga bisa dijadikan sarana untuk olahraga ataupun rekreasi air.
- Summarecon Bandung
Enggak mau kalah, PT Summarecon Agung Tbk punya kawasan kota terpadu dengan nama Summarecon Bandung. Proyek yang berada di daerah Gedebage ini merupakan hasil kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar). Di lahan seluas 300 ha itu berdiri proyek residensial dan komersial.
Untuk perumahan, Summarecon Bandung saat ini menawarkan klaster Cynthia dengan luas 6,4 ha untuk kaum urban. Menerapkan one gate system dan sistem keamanan 24 jam untuk privasi dan kenyamanan, klaster ini memiliki club house dengan kolam renang, taman bermain anak, dan aula.
Ada tiga tipe rumah di Cynthia. Luas bangunannya mulai 105 meter persegi dengan harga mulai Rp 1,5 miliar per unit.
Pada April lalu, Summarecon Agung bersama Pemerintah Jabar baru saja memulai pembangunan segmen pertama dari Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR). Segmen ini membuka akses ke kawasan Bandung Timur khususnya Gedebage melalui pintu tol KM 149 dari Tol Padalarang–Cileunyi.
Meski tidak memerinci berapa sumbangan proyek ini, Direktur Utama Summarecon Agung Adrianto P. Adhi optimistis, Summarecon Bandung bisa memberikan kontribusi positif. Untuk memuluskan ekspansi bisnis termasuk di Bandung, mereka mengalokasikan belanja modal Rp 2,3 triliun–Rp 2,4 triliun tahun ini. “Semua kawasan kami membutuhkan pengembangan infrastruktur,” sebut Adrianto.
Bagaimana, Anda tertarik membeli hunian di kawasan Bandung?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News