kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.274   -179,00   -1,11%
  • IDX 6.992   -115,57   -1,63%
  • KOMPAS100 1.042   -21,76   -2,04%
  • LQ45 818   -16,41   -1,97%
  • ISSI 213   -3,39   -1,57%
  • IDX30 418   -8,30   -1,95%
  • IDXHIDIV20 505   -8,98   -1,75%
  • IDX80 119   -2,44   -2,01%
  • IDXV30 125   -2,26   -1,78%
  • IDXQ30 139   -2,44   -1,72%

Menakar Prospek Saham Emiten Farmasi Usai Rilis Kinerja Keuangan Kuartal I 2023


Kamis, 04 Mei 2023 / 00:03 WIB
Menakar Prospek Saham Emiten Farmasi Usai Rilis Kinerja Keuangan Kuartal I 2023
ILUSTRASI. Tablet obat produksi Kalbe Farma.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten farmasi telah merilis laporan keuangan pada kuartal I 2023. Mayoritas membukukan kinerja negatif pada penjualan dalam tiga bulan pertama tahun 2023.

Pertama ada PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan penjualan Rp 7,86 triliun di kuartal I 2023. Penjualan ini naik 12,1% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 7 triliun.

Alhasil pada kuartal I 2023, Kalbe Farma mampu membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 855,71 miliar di kuartal pertama 2023. Laba ini naik 2,5% dibandingkan kuartal I 2022 sebesar Rp 834,88 miliar.

Selanjutnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mencatatkan penjualan sebesar Rp 2,30 triliun pada kuartal I tahun 2023, penjualan tersebut naik 1,76% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 2,26 triliun.

Sehingga KAEF mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 386,49 juta pada kuartal I 2023. Realisasi ini turun 93,3% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 5,77 miliar.

Baca Juga: Penjualan Produk Consumer Health dan Nutrisi Kalbe Farma (KLBF) Lebih Kencang

Kemudian PT Phapros Tbk (PEHA), mencatatkan penurunan penjualan pada tiga bulan pertama tahun 2023, yakni sebesar Rp 260,97 miliar. Atau turun 3,07 % dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp 269,25 miliar.

Sehingga laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya sebesar Rp 4,70 miliar atau turun 15,91% daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 5,59 miliar.

Kepala riset Surya Fajar Sekuritas Raphon Prima menilai, kinerja emiten farmasi pada tiga bulan pertama tahun 2023 bervariatif adapun perusahaan yang memiliki diversifikasi ke produk suplemen kesehatan seperti KLBF cenderung mampu membukukan pertumbuhan yang stabil di kuartal I 2023.

Namun emiten farmasi yang hanya fokus pada obat seperti PEHA dan KAEF cenderung tertekan pada kuartal I 2023 karena permintaan obat cenderung turun setelah kasus Covid-19 melandai.

Adapun kedepannya, menurut Raphon emiten farmasi memiliki prospek yang cenderung lebih baik pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

"Perusahaan farmasi cenderung terlepas dari tekanan beban pokok setelah harga-harga komoditas mengalami penurunan serta Rupiah mengalami penguatan. Namun dari sisi penjualan cenderung terbatas," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (3/5).

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Akan Tebar Dividen Tahun 2022, Cek Besarannya

Sedangkan, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan mayoritas kinerja emiten farmasi menurun, terutama sejak pandemi Covid-19 sudah berakhir dimana terlihat KAEF secara pendapatan telah turun 93,3% dari Rp 576 milliar di tahun menjadi Rp 386 juta.

Berbeda dengan KLBF yang masih membukukan kenaikan pendapatan sebesar 2,5% dari Rp 834 milliar pada tahun 2022 menjadi Rp 855 milliar pada kuartal I 2023.

Praska mengatakan, sentimen positif untuk industri farmasi adalah adanya penguatan rupiah terhadap dolar yang apabila dipertahankan penguatannya maka margin emiten-emiten farmasi akan besar dimana bahan baku pembuatan kebanyakan impor.=

Sementara, sentimen negatif untuk industri farmasi adalah tidak adanya permintaan yang signifikan terhadap produk-produk farmasi seperti obat-obatan, keadaan ini berbeda dengan pandemi Covid-19 yang dimana demand akan obat-obatan sangat tinggi namun supply tidak memadai sehingga kinerja emiten pada tahun 2019 - 2021 tidak bisa menjadi acuan bagi investor.

Praska mengatakan prospek bisnis farmasi ini masih bagus dikarenakan kesadaran akan kesehatan sudah meningkat dan stabil sejak pandemi Covid-19 serta obat-obatan sudah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat.

"Emiten farmasi masih bisa naik namun tidak signifikan lebih ke stabil kecuali ada peristiwa-peristiwa yang dapat mendongkrak demand akan produk farmasi secara signifikan," jelasnya.

Baca Juga: Kimia Farma (KAEF) Catat Penjualan Rp 2,30 Triliun di Kuartal I-2023, Ditopang Ekspor

Menurut Praska, emiten farmasi masih layak koleksi namun investor harus memperhatikan lini bisnis dan jenis obat-obatan farmasi yang menjadi sumber pendapatan bagi emiten mengingat era pandemi sudah dikatakan hampir berakhir serta fokus pada margin laba emiten.

Praska merekomendasikan buy On weakness saham KLBF. Sementara, Raphon merekomendasi beli untuk saham KLBF dengan target harga Rp 2.430.

Lantaran KLBF memiliki eksposur produk yang terdiversifikasi sehingga mampu mencetak pertumbuhan penjualan yang lebih baik dibandingkan dengan emiten farmasi lainnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×