kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Prospek Saham di Indeks Syariah yang Tengah Merekah


Kamis, 31 Maret 2022 / 18:45 WIB
Menakar Prospek Saham di Indeks Syariah yang Tengah Merekah
ILUSTRASI. Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor untuk melirik saham-saham di indeks syariah tengah merekah, seiring dengan tren investasi yang semakin tinggi. Setelah booming komoditas, emiten di sektor ritel dan consumers bakal jadi penggerak indeks syariah di Bulan Ramadan hingga Lebaran.

Secara year to date (ytd), Indonesia Sharia Index (ISSI) bergerak di zona hijau yang telah mengalami lonjakan 5,76%. Pada perdagangan Kamis (31/3) ini ISSI ditutup naik 0,10%. Sejak awal tahun ini, ada lima emiten di jajaran ISSI yang mengalami kenaikan signifikan hingga triple digit. 

Kelima emiten tersebut meliputi PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) yang secara ytd sahamnya meroket 432,18%, PT Tanah Laut Tbk (INDX) yang mengalami kenaikan 268%, PT Hotel Sahid Jaya Tbk (SHID) naik 242,31%, PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI) meningkat 146,38% dan PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) yang secara ytd naik 122,78%.

Sementara itu, Jakarta Islamic Index atau JII (JAKISL) juga berada di area hijau setelah mengalami kenaikan 5,01% sejak awal tahun 2022. Meski pada perdagangan hari ini mengalami penurunan 0,27%.

Baca Juga: Bjb Syariah dan Bank Sumut Siap Melantai di Bursa Efek di Tahun Ini

Emiten di sektor pertambangan menjadi jagoan di jajaran JII yang mengalami kenaikan paling tinggi secara ytd, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang sahamnya naik 43,16%, disusul PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang meningkat 39,95%.

Kemudian ada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang mengalami peningkatan 37,88%, PT Timah Tbk (TINS) yang naik 25,09% dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang sahamnya naik 21,40% secara ytd.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat minat masyarakat untuk memilih saham syariah semakin tinggi, sejalan dengan kesadaran akan pentingnya berinvestasi. Pada umumnya, ISSI dan JII menjadi filter pertama investor syariah untuk masuk ke dunia pasar modal.

"Kemudian faktor fundamental dan performa perusahaan secara spesifik menjadi dasar keputusan banyak investor syariah untuk berinvestasi," kata William saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (31/3).

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menambahkan bahwa indeks syariah diisi oleh saham-saham yang tidak memiliki kegiatan usaha yang dinilai haram seperti minuman keras atau riba. Rasio utang dan modal pun ikut menentukan.

Oleh sebab itu, dari 700 lebih emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya 477 emiten di jajaran ISSI. Meski begitu, Wawan menekankan bahwa pada prinsipnya, pilihan investor untuk memilih saham tetap berpatokan pada tiga hal utama.

Yaitu fundamental kinerja, prospek bisnis ke depan, serta likuiditas. "Dengan demikian, perkembangan makro terkini terkait recovery ekonomi dan naiknya komoditas masih menjadi faktor pendorong utama pemilihan saham," ujar Wawan.

Lebih jauh, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti bahwa pada tahun lalu performa indeks syariah masih kalah dibandingkan dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika IHSG menguat 10,1%, ISSI hanya menguat 6,5% sedangkan JII menurun 10,8%.

"Secara historis dilihat dari performa 10 tahun terakhir memang kinerja JII hampir selalu kalah jika dibandingkan dengan kinerja IHSG," ungkap Pandhu.

Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya antara lain tidak adanya emiten perbankan bigcaps di indeks syariah, yang selama ini menjadi index mover bagi IHSG. Emiten perbankan bigcaps ini memiliki bobot besar dan didukung kinerja fundamental yang tumbuh secara konsisten.

Baca Juga: Hasil Transaksi Penerbitan SBSN Lewat Private Placement Mencapai Rp 25,6 Miliar

Dengan begitu, Pandhu menyebut bahwa katalis yang menjadi penggerak indeks syariah perlu dilihat dari model bisnis masing-masing, karena setiap industri memiliki karakteristiknya tersendiri. Pada tahun ini misalnya, sektor komoditas terutama pertambangan sedang diuntungkan dengan meroketnya harga komoditas.

Alhasil, sektor pertambangan menjadi penggerak utama indeks syariah. "Jadi memang perlu dilihat dari prospek masing-masing sektor maupun kinerja individu sahamnya," sebut Pandhu.

Pada momentum Bulan Ramadan, Pandhu melihat sektor yang diuntungkan seperti consumer, ritel dan media akan menjadi katalis bagi indeks syariah. "Masyarakat akan lebih berani spending tahun ini dibanding dua tahun terakhir. Konsumsi akan meningkat terutama pakaian dan kuliner. Belanja iklan yang cenderung naik juga menjadi katalis bagi sektor media," terangnya.

Meski begitu, Pandhu memberikan catatan bahwa performa ISSI dan JII belum tentu akan bisa mengungguli kinerja IHSG. Sebab, capital inflow ke pasar sangat kuat menyasar emiten bigcaps termasuk perbankan yang terus mendorong IHSG menembus rekor tertingginya.

Dalam hal ini, Wawan juga menekankan bahwa jika indeks syariah ingin menyasar pasar secara umum, maka kinerjanya mesti bisa di atas rata-rata indeks konvensional. "Dengan naiknya komoditas, semoga kinerja syariah juga bisa terangkat dan kembali menarik minat masyarakat," ungkapnya.

Meski sektor komoditas masih menarik, tapi Wawan memberikan catatan bahwa harganya sudah relatif mahal dan rentan terhadap volatilitas. Di sisi lain, walau dihadang tingginya harga bahan baku, saham consumer goods dinilai prospektif saat momentum Ramadan dan kenaikan konsumsi masyarakat.

Di samping itu, sektor telekomunikasi dinilai prospektif untuk tumbuh selama periode Ramadan-Lebaran. Alhasil, Wawan pun menjagokan saham TLKM, ADRO dan ICBP untuk dapat dilirik oleh pelaku pasar.

Baca Juga: Kemenkeu Terbitkan Sukuk dengan Skema Burden Sharing Senilai Rp 4,01 Triliun

Sementara itu, Senior Analyst Maybank Sekuritas Adi Wicaksono melihat saham-saham yang akan diuntungkan dari efek Ramadan-Lebaran adalah transportasi, restoran, travel, jalan tol, serta pakan ternak. 

"Sentimen harusnya positif seiring pelonggaran PPKM, meningkatnya mobilitas dan membaiknya daya beli masyarakat," ungkapnya.

Sedangkan Pandhu menjagokan saham INDF dengan target harga (TP) di Rp 6.500, MYOR di Rp 2.100, SCMA pada area Rp 350, MNCN di Rp 1.150, dan ACES dengan target harga Rp 1.200.

Kemudian William memberikan rekomendasi buy on weakness (BoW) ACES di level support Rp 935 dan TP Rp 1.250 - Rp 1.300. Lalu BoW untuk saham BRIS pada support Rp 1.580 dan TP di Rp 1.800 - Rp 1.900, serta BoW CTRA di support Rp 970 dan TP pada area Rp 1.225 - Rp 1.250.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×