Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu sentimen yang membayangi harga komoditas adalah potensi terjadinya resesi pada tahun depan. Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan mengatakan, sentimen resesi akan berdampak terhadap harga emas pada 2023.
Andreas memperkirakan harga emas akan mencapai US$ 2.100 per oz di 2023. Estimasi ini meningkat sekitar 15% dari harga rata-rata emas pada tahun 2022 sebesar US$ 1.825 per ons.
Dengan asumsi bahwa Fed akan mengambil sikap dovish tahun depan, diikuti dengan penerapan kembali quantitative easing untuk melawan resesi, Andreas menilai harga emas akan diuntungkan dengan adanya skenario tersebut.
Menurut Andreas, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) berada di posisi strategis untuk mendapatkan keuntungan dari potensi kenaikan harga emas menjelang 2023.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,29% ke Level 6.734 Setelah Sepanjang Hari di Zona Merah, Senin (12/12)
Sebab, anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI) ini baru saja merampungkan pabrik emas keduanya. Pabrik emas anyar ini akan menghasilkan volume penjualan yang lebih tinggi dan profitabilitas yang lebih kuat di masa mendatang.
BRMS menjadi perusahaan pertambangan emas dengan pertumbuhan produksi tercepat dalam cakupan Sucor Sekuritas.
Catatan saja, BRMS masih memiliki dua proyek pabrik emas lainnya. Sehingga, terdapat potensi penambahan kapasitas produksi emas BRMS pada tahun 2023 menjadi 44.444 oz (naik 677%) dan 58.489 oz (naik 32% secara tahunan/yoy) pada 2024.
Andreas mempertahankan rekomendasi beli saham BRMS dengan target harga Rp 282 per saham.
Andreas menilai, BRMS layak mendapatkan valuasi premium mengingat prospek kenaikan harga emas, ekspansi kapasitas produksi yang masif, serta produk mineral BRMS yang sangat terdiversifikasi.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham AKR Corporindo (AKRA) yang Punya Prospek Cerah
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Oktavianus Harahap memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebagai pilihan utama (top picks) di sektor tambang logam, dengan pertimbangan pendapatan ANTM yang terdiversifikasi.
ANTM juga memiliki potensi tambahan pendapatan dari proyek smelter Halmahera dan lebih banyak memiliki eksposur ke proyek Indonesia Battery Corporation (IBC).
Juan melihat potensi kenaikan volume penjualan bijih nikel sebesar 32,5% secara year-on-year tahun depan seiring adanya ekspektasi kenaikan kapasitas pabrik pengolahan (smelter) domestik.
Lebih lanjut, Juan memperkirakan produksi feronikel ANTM akan naik menjadi 25.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada 2023.
“Kami memprediksi smelter Halmahera akan mulai berproduksi pada 2023,” terang Juan. Dia merekomendasikan trading buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.300.
Sementara itu, Juan menyematkan rekomendasi hold saham INCO dengan target harga Rp 7.500 per saham.
Baca Juga: Proyeksi IHSG dan Saham Pilihan Ajaib Sekuritas pada Perdagangan Senin (12/12)
Rekomendasi ini turun dari rekomendasi yang disematkan sebelumnya, yakni trading buy. Penurunan rating ini dikarenakan Juan melihat potensi upside saham INCO yang terbatas terhadap target harga.
Juan berekspektasi volume produksi nikel matte INCO akan naik tahun depan, setelah proyek pembangunan ulang tanur 4 rampung pada semester pertama 2022.
Produksi INCO diperkirakan naik menjadi 70.000 ton tahun depan dari proyeksi manajemen di rentang 61.000 ton-62.000 ton nikel matte di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News