kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar prospek pergerakan imbal hasil SUN jelang rapat FOMC


Minggu, 23 September 2018 / 17:37 WIB
Menakar prospek pergerakan imbal hasil SUN jelang rapat FOMC
ILUSTRASI. Aktifitas perdagangan SUN di Mandiri Sekuritas


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi diperkirakan cenderung sepi menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan. 

Ariawan Analis Obligasi BNI Sekuritas memproyeksikan di awal pekan, pasar obligasi akan cenderung sepi karena menunggu hasil rapat FOMC dan BI. Selain itu, di awal pekan, Ariawan juga memprediksikan, investor cenderung wait and see karena akan ada lelang surat utang negara (SUN), Selasa (25/9).

Namun, Ariawan memproyeksikan, kenaikan suku bunga The Fed dan BI tidak akan memicu yield naik secara signifikan. Ariawan optimistis yield SUN akan turun karena rupiah bisa menguat.

Ariawan menilai, kenaikan suku bunga The Fed di tahun ini sudah priced in dan prospek kebijakan The Fed di tahun depan yang akan dinanti pelaku pasar.

"Meski pekan depan FOMC memutuskan menaikkan suku bunga acuan, tetapi bila sinyal di tahun depan The Fed tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga, maka yield belum tentu akan naik. Sebab investor global sudah price in dan tercermin dari yield US Treasury yang sudah naik lebih dulu daripada kenaikan Fed Funds Rate," kata Ariawan, Jumat (21/9).

Maka, ketika pekan depan suku bunga The Fed naik dan suku bunga BI ikut naik, harusnya dengan yield US Treasury yang tidak naik lagi, berarti ini potensi yield SUN tidak beranjak naik lagi.

Ariawan mengatakan, apapun keputusan yang diambil di rapat FOMC, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memegang pengaruh besar pada pergerakan yield SUN. Jika nilai tukar rupiah stabil dan menguat maka yield SUN berpotensi turun. Namun, jika nilai tukar rupiah kembali tertekan kemungkinan yield SUN naik masih akan ada.

Ariawan memproyeksikan, sepekan ke depan, yield SUN jika beranjak naik tidak akan signfikan atau sekitar 5 basis poin hingga 10 basis poin (bps). Di sisi lain, jika pekan depan ada sentimen positif dari rapat FOMC dan membuat rupiah menguat maka peluang yield untuk turun akan lebih terbuka sekitar 10 bps-15 bps.

Mengenai spread, per Jumat (21/9), yield US Treasury tenor 10 tahun berada di 3,1% sementara yield SUN berada di 8,2% atau dengan spread sekitar 510 bps. Ariawan menilai, spread saat ini menarik bagi asing untuk masuk ke pasar obligasi pemerintah. Sebagai perbandingan rata-rata spread sejak awal tahun sekitar 425 bps.

"Jadi kalaupun yield SUN turun 10 bps-15 bps dan spread berada di 500 bps maka tetap menarik bagi investor asing masuk ke pasar obligasi pemerintah dan yield untuk bergerak turun masih terbuka," kata Ariawan. 

Di akhir tahun, Ariawan memproyeksikan, yield SUN berada di rentang 7,95% hingga 8,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×