kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.514   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.761   25,89   0,33%
  • KOMPAS100 1.207   4,86   0,40%
  • LQ45 964   5,17   0,54%
  • ISSI 233   0,32   0,14%
  • IDX30 495   2,78   0,56%
  • IDXHIDIV20 594   3,64   0,62%
  • IDX80 137   0,57   0,42%
  • IDXV30 143   0,37   0,26%
  • IDXQ30 165   0,90   0,55%

Menakar Prospek Pasar Saham di Era Suku Bunga Tinggi


Sabtu, 16 September 2023 / 10:16 WIB
Menakar Prospek Pasar Saham di Era Suku Bunga Tinggi
ILUSTRASI. Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5/2021). Menakar Prospek Pasar Saham di Era Suku Bunga Tinggi.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli

Sementara itu, ke depannya apabila efek suku bunga tinggi mulai mereda dapat melemahkan kembali posisi penguatan USD. Dari domestik, perkembangan struktural Indonesia dari pembangunan hilirisasi industri metal Indonesia dapat berdampak positif pada kinerja ekspor dan memberi kontribusi devisa untuk membantu menjaga stabilitas Rupiah.

Dalam kondisi ini, Samuel mencermati, bagi Manajer Investasi (MI) yang melakukan pengelolaan dengan strategi aktif akan menguntungkan karena analisa mendalam terkait kondisi operasional emiten dapat memberi nilai tambah untuk menghasilkan laba jangka panjang.

Terkhusus di pasar saham, beberapa faktor dapat menjadi katalis di antaranya perubahan postur kebijakan The Fed di mana terdapat indikasi suku bunga tidak naik lagi. Dari internal, kondisi ekonomi Indonesia yang tetap stabil dapat mengembalikan minat investor domestik terhadap pasar saham.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Paling Banyak Dikoleksi Asing Selama Sepekan Ini

Pasalnya, Indonesia dari perspektif makroekonomi sebenarnya merupakan pasar yang atraktif bagi investor saham seiring inflasi domestik yang terus melandai, sementara pertumbuhan ekonomi menguat. Valuasi pasar saham Indonesia saat ini pun berada pada level yang sangat atraktif, berdasarkan PE ratio di level 12x, atau 22% lebih rendah dari rata-rata historis.

Hanya saja, faktor eksternal selama ini menahan minat investor domestik seperti ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed, kekhawatiran resesi global, ataupun efek crowding out dari penerbitan SBN ritel yang menyerap likuiditas dari pasar saham.

Samuel menilai, pertumbuhan struktural Indonesia di bidang energi terbarukan dan juga pemulihan ekonomi Indonesia akan menjadi pertimbangan dalam menyusun portofolio ke depan. Transisi dunia menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia sebagai negara kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan seperti nikel, tembaga, dan bauksit.

Selain itu, secara taktikal, potensi dari sektor yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi Indonesia saat ini di antaranya sektor finansial. Perbankan Indonesia dalam posisi yang baik di mana rasio kredit bermasalah terus menurun, serta likuiditas masih tinggi.

Baca Juga: Asing Borong Saham-Saham ini pada Perdagangan Akhir Pekan, Jumat (15/9)

Potensi menguatnya sektor energi baru dan terbarukan (EBT) dan finansial tidak terlepas dari langkah China sebagai mitra dagang terbesar Indonesia. Beberapa fokus pemerintah China adalah mendukung konsumsi domestik, memajukan industri energi baru terbarukan, pengembangan ekonomi digital, dan kemandirian sektor ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Dengan fokus kebijakan ini, kami melihat sektor yang berhubungan dengan energi baru terbarukan dan rantai pasoknya dapat diuntungkan, serta sektor konsumer dan teknologi juga dapat menjadi unggulan,” imbuh Samuel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×