kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar prospek emiten-emiten yang bakal IPO


Senin, 17 Juni 2019 / 08:00 WIB
Menakar prospek emiten-emiten yang bakal IPO


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal 2019 hingga saat ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 13 perusahaan yang melaksanakan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). Jumlah tersebut akan segera bertambah seiring dengan puluhan perusahaan yang masuk pipeline IPO BEI tahun ini.

Berdasarkan pipeline IPO BEI 2019 per 24 Mei 2019, sebanyak 24 perusahaan berencana mencatatkan dirinya di bursa saham. Yang paling dekat adalah PT Bali Bintang Sejahtera (Bali United) yang akan melantai di bursa pada Senin, 17 Juni 2019.

Kemudian, ada produsen serat optik PT Communication Cable Systems Indonesia yang akan listing pada Selasa, 18 Juni 2019 dan konsultan keuangan PT Surya Fajar Capital yang listing pada Rabu, 19 Juni 2019.

Kemudian, pada bulan Juli 2019, sudah ada tiga perusahaan yang dijadwalkan IPO. Mereka adalah produsen kemasan PT Saytamitra kemas Lestari, produsen komponen alat-alat berat PT Arkha Jayanti Persada, PT Inocycle Technology Group, dan perusahaan properti PT Bumi Sakti Pertiwi.

Kresna Sekuritas selaku penjamin emisi IPO Bali United mencatat, selama penawaran saham umum pada Senin (10/6) hingga Rabu (12/6) pooling allotment mengalami kelebihan permintaan.

Direktur Utama Kresna Sekuritas Octavianus Budiyanto mengatakan, pooling yang mendapat jatah Rp 3,5 miliar kelebihan permintaan hingga mencapai Rp 300 miliar-Rp 350 miliar.

“Ya ramai ya investor ritelnya banyak dari pendukung Bali United dan masyarakat Bali pada umumnya,” ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/6).

Sebagai informasi, secara nilai emisi, pooling allotment mendapat jatah 1% dari Rp 350 miliar dana yang ditargetkan Bali United. Artinya, jatah penjatahan pooling hanya sebesar Rp 3,5 miliar.

Menurut Octavianus, dari jatah pooling allotment tersebut, sebanyak 41% peminat adalah investor individu dan 59% berbentuk institusi.

Perlu diketahui, emiten yang termasuk ke dalam sektor trade, service, and investment ini menawarkan sebanyak 2 miliar lembar saham atau setara dengan 33,33% modal ditempatkan dan disetor. Bali United memasarkan sahamnya dengan harga Rp 175 per lembar saham.

Sementara itu, PT Communication Cable Systems Indonesia (CSSI) yang sudah melaksanakan penawaran saham umum pada 11 Juni 2019-12 Juni 2019 mencatatkan kelebihan permintaan sebanyak 2,51 kali dari total saham yang ditawarkan. Sementara itu jatah pooling mencatatkan kelebihan permintaan 151,54 kali.

Head of Investment Banking UOB Kay Hian Sekuritas John Ocatvianus mengatakan, selama masa penawaran umum, permintaan yang masuk mencapai Rp 125 miliar dari nilai emisi IPO sebesar Rp 50 miliar.

Produsen serat optik ini menawarkan 200 juta saham atau setara dengan 20% modal ditempatkan dan disetor. Harga jualnya adalah Rp 250 per lembar saham. Sebelumnya, saat masa penawaran awal, saham CSSI juga sempat kelebihan permintaan sebanyak 2 kali.

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, emiten-emiten yang akan IPO ini berencana untuk melakukan ekspansi bisnis dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

"Sehingga dipastikan akan mendatangkan animo yang positif dari para pelaku pasar," ucap dia, Minggu (16/6). Ditambah lagi, menurut dia, rata-rata harga saham yang ditawarkan masih menarik.

Sebagai informasi, jika dilihat dari sektornya, emiten-emiten yang disebutkan di atas, paling banyak berasal dari sektor perdagangan, pelayanan, dan investasi. Lalu, disusul oleh sektor industri dasar dan kimia, lalu properti, kemudian infrastruktur, utilitas, dan transportasi.

Menurut Nafan, dalam jangka panjang, sektor keuangan, infrastruktur, dan industri manufaktur adalah saham-saham yang akan menarik.

Meskipun begitu, ia mengatakan, investor perlu tetap melihat kinerja fundamental, penerapan good corporate governance (GCG), dan aksi korporasi emiten sebelum memutuskan berinvestasi.

Bernada serupa, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, untuk jangka pendek, prospek saham-saham setelah IPO biasanya akan menguat, tetapi untuk jangka panjang sektor bisnis yang menarik adalah infrastruktur dan investasi. “Kebutuhan kabel misalnya akan meningkat seiring dengan masih tingginya pembangunan,” ucap dia.

Ia merekomendasikan investor untuk buy saham Bali United, CSSI, dan Surya Fajar Capital. Masing-masing saham ini dijual dengan harga Rp 175, Rp 250, dan Rp 188.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×