kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar efek konsolidasi terhadap prospek sektor industri semen


Minggu, 30 Juni 2019 / 19:16 WIB
Menakar efek konsolidasi terhadap prospek sektor industri semen


Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejauh ini, konsolidasi menjadi upaya yang dilakukan emiten-emiten semen dalam mengatasi kelesuan di sektor tersebut. Namun, upaya ini dinilai analis belum sepenuhnya mampu menyelamatkan industri semen.

Salah satu wujud konsolidasi yang dilakukan emiten semen terjadi saat PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) ketika mengakuisisi saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) pada akhir Januari lalu.

Yosua Zisokhi, Analis Samuel Sekuritas Indonesia bilang, konsolidasi tidak meredakan kondisi kelebihan pasokan semen domestik mengingat kapasitas produksi tidak mengalami penurunan.

Menurutnya, konsolidasi akan lebih menguntungkan emiten yang benar-benar terlibat di dalamnya. Untuk SMGR misalnya, pangsa pasar anggota indeks Kompas100 ini dipastikan melonjak sekitar 50% pasca konsolidasi dengan SMCB dilakukan.

Senada, Analis Sinarmas Sekuritas Paulina Margareta mengatakan, dengan konsolidasi pihak emiten bisa menjalankan bisnis secara efisien seiring meningkatnya pangsa pasar. “Dari sisi logistik, penyebaran pabrik semen menjadi lebih luas ketika konsolidasi dilakukan,” ujarnya, Jumat (28/6) lalu.

Namun, dalam jangka pendek dan menengah, efek konsolidasi masih belum akan terlihat secara signifikan. Justru, di periode tersebut konsolidasi akan membebani emiten yang bersangkutan dari sisi biaya keuangan. Hal ini seiring besarnya biaya yang dikeluarkan emiten untuk mengakuisisi saham emiten lain.

Terlepas dari konsolidasi, hal lain yang penting untuk dilakukan oleh para produsen semen adalah menjaga kualitas produknya. Sebab, pada dasarnya permintaan tetap memegang peran penting dalam kelangsungan bisnis semen.

“Perlu diketahui, industri semen di Indonesia cukup unik lantaran masyarakat cenderung menyukai merek-merek tertentu,” terang Yosua, akhir pekan lalu.

Dari situ ia menilai, jika emiten-emiten semen dapat menjaga kualitas, maka ketika permintaan kembali meningkat secara otomatis pendapatannya akan naik.

Tak hanya itu, tren kelebihan pasokan semen domestik tak lantas membuat emiten-emiten di sektor tersebut menghentikan kegiatan ekspansi. Kondisi seperti saat ini justru harusnya memicu emiten semen untuk melakukan ekspansi dan menggali pangsa pasar baru.

Yosua pun menyatakan, SMGR dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebagai emiten semen yang berpotensi meraih kinerja positif di sisa tahun ini.

SMGR memiliki keunggulan berkat statusnya sebagai BUMN, sehingga permintaan semen dari proyek infrastruktur akan cenderung lebih banyak mengarah ke emiten ini. Sementara itu, dengan kondisi zero leverage, marjin laba bersih INTP lebih stabil tatkala harga semen cenderung rendah.

Paulina juga memfavoritkan SMGR lantaran pangsa pasarnya yang besar dalam industri semen domestik. Valuasi saham emiten ini juga masih cukup menarik sehingga patut dipertimbangkan oleh investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×