kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Surplus pasokan masih menghantui kinerja emiten semen


Minggu, 30 Juni 2019 / 17:40 WIB
Surplus pasokan masih menghantui kinerja emiten semen


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten-emiten di sektor semen tampaknya masih harus menghadapi kesulitan dalam mencapai kinerja yang mengesankan. Ini mengingat industri semen dalam negeri masih cukup menantang di semester II 2019 nanti, meski ada harapan dari meningkatnya permintaan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menyampaikan, konsumsi semen domestik diperkirakan kembali naik pada semester dua tahun ini. Potensi ini didukung permintaan semen yang secara musiman memang lebih tinggi di paruh kedua.

Selain itu, berakhirnya ketidakpastian politik membuat proyek-proyek infrastruktur mesti dipercepat. “Kami juga meyakini ada peningkatan permintaan semen di sektor properti di tengah ekspektasi penurunan suku bunga acuan di semester kedua,” tulisnya dalam riset per 21 Juni.

Kendati demikian, Mimi memproyeksikan pertumbuhan konsumsi semen domestik masih berada di level yang rendah di tahun ini, yakni 5% atau sekitar 73 juta. Alasannya, sejauh ini konsumsi semen domestik masih sangat lemah.

Per Mei 2019, konsumsi semen domestik secara kumulatif baru mencapai 25,6 juta ton atau turun 4% (yoy) dibanding periode yang sama di tahun lalu.

Dengan hasil ini, masalah kelebihan pasokan semen domestik jelas masih akan terjadi. Apalagi, Mimi juga memprediksi jumlah pasokan semen di tahun ini dapat mencapai 115 juta ton.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi juga sepakat, surplus pasokan semen domestik akan sulit terhindari walau ada peluang peningkatan permintaan. Sebab, proyek infrastruktur yang digadang akan membuat kebutuhan semen melonjak nyatanya hanya menyumbang sekitar 25% dari total konsumsi semen domestik.

Adapun porsi 75% konsumsi semen domestik berasal dari proyek-proyek properti. Dampak ekspektasi penurunan suku bunga acuan terhadap sektor ini pun masih harus dicermati lebih lanjut. “Jika industri properti belum bergairah, kami prediksi cukup sulit kondisi oversupply semen akan lenyap,” ungkap dia, Jumat (28/6).

Terlepas dari itu, Yosua menyatakan, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR, anggota indeks Kompas100) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP, anggota indeks Kompas100) berpeluang tampil sebagai emiten semen dengan kinerja positif di sisa tahun ini.

SMGR memiliki keunggulan berkat statusnya sebagai BUMN, sehingga permintaan semen dari proyek infrastruktur akan cenderung lebih banyak mengarah ke emiten ini. Sementara itu, dengan kondisi zero leverage, margin laba bersih INTP lebih stabil tatkala harga semen cenderung rendah.

Sementara itu, Mimi mempertahankan posisi netral pada sektor semen. Ini mengingat masih adanya tantangan serius berupa permintaan yang lambat dan masalah kelebihan pasokan semen domestik.

Namun, ia masih memandang positif SMGR berkat keunggulan kompetitif dalam hal kapasitas pabrik yang besar dan tersebar luas. Ia pun merekomendasikan beli saham SMGR dengan target Rp 14.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×