kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar dampak status waspada stabilitas sistem keuangan pada emiten sektor keuangan


Kamis, 14 Mei 2020 / 07:36 WIB
Menakar dampak status waspada stabilitas sistem keuangan pada emiten sektor keuangan
ILUSTRASI. Asing masih melakukan net sell pada saham emiten sektor keuangan


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) menyatakan status stabilitas sistem keuangan pada kuartal I-2020 menjadi waspada akibat dari penyebaran virus corona atau Covid-19.

Salah satu dampak dari penyebaran Covid-19 terlihat dari aliran modal asing yang terus keluar dari pasar modal Indonesia. Sepanjang tahun ini, investor asing melakukan aksi jual hingga Rp 22,90 triliun.

Pada perdagangan Rabu (13/5), investor asing masih melanjutkan aksi jual dari bursa saham Indonesia. Di mana, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling banyak dilepas asing. 

Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal BSDE, TLKM, dan ADRO untuk Kamis (14/5)

Pada perdagangan kemarin, volume perdagangan saham BBRI sebanyak 338,59 miliar dengan nilai Rp 835,73 miliar. Alhasil, saham perbankan pelat merah ini pun ditutup turun 0,80% ke Rp 2.470 per saham.

Asing juga tercatat melakukan net sell pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Saham perbankan swasta terbesar di Indonesia ini diperdagangkan sebanyak 18,99 miliar dengan nilai Rp 485,85 miliar. Akhirnya, saham anggota indeks Kompas100 ini, ditutup melemah 2,11% ke Rp 25.550 per saham.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, status stabilitas keuangan yang menjadi waspada memang menjadi salah satu faktor yang membebani indeks sektor keuangan.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menambahkan, saham dari sektor keuangan sendiri memang memiliki resiko yang cenderung cukup besar di tahun ini. Hal tersebut karena banyaknya bisnis yang terpukul sehingga kesulitan dalam membayar utang pada bank.

Koreksi saham sektor perbankan juga mempengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Mengingat, sektor perbankan memiliki kapitalisasi sekitar 40% dari IHSG. 

"Sehingga jika perbankan mengalami koreksi tentu kemungkinan besar IHSG juga akan ikut terkoreksi," ujarnya, Rabu (13/5).

Baca Juga: Wall Street anjlok setelah Jerome Powell peringatkan pelemahan ekonomi AS lebih dalam

Status stabilitas keuangan yang menjadi waspada juga dapat mempengaruhi pergerakan sektor-sektor yang mempunyai utang cukup besar atau perusahaan yang biasanya mendapatkan pendanaan dari sektor perbankan.

Karena itu, dia belum merekomendasikan pelaku pasar mengoleksi saham sektor perbankan. Ia menyarankan pelaku pasar untuk mengakumulasi saham-saham dari sektor telekomunikasi serta saham dari sektor consumer goods.

Sementara itu, Wawan menambahkan penurunan harga saham di sektor keuangan menjadi momentum untuk mencermati saham-saham perbankan seperti BBRI, BBCA, serta BMRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×