kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar bisnis emiten rumah sakit di tahun kambing


Minggu, 05 April 2015 / 15:51 WIB
Menakar bisnis emiten rumah sakit di tahun kambing
ILUSTRASI. Total Bangun Persada (TOTL) tak berdampak ke operasional soal kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah/ KONTAN/Daniel Prabowo/24/08/2016


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tahun Kambing Kayu ini diprediksi menjadi tahun yang cemerlang bagi emiten yang memiliki bisnis jasa rumah sakit. Di antaranya yakni, PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk (SRAJ), PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk (SAME), PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), dan emiten yang baru IPO di bulan lalu, PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA).

Kepala Riset First Asia Capital David Nathanael Sutyanto mengatakan bisnis rumah sakit memang memiliki prospek yang positif. Hal itu didorong oleh program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dari pemerintah yang telah berlaku sejak tahun lalu. Menurutnya, program tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah pasien.

Selain itu faktor lainnya yakni tingkat kepedulian akan kesehatan dari masyarakat yang tinggi. "Hal tersebut seiring dengan pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang mengalami perbaikan di setiap tahunnya," jelasnya kepada KONTAN akhir pekan lalu.

Hal serupa juga turut diutarakan oleh Armando Marulita, Analis Danareksa Sekuritas dalam risetnya pada 1 April 2015. "Layanan kesehatan berpotensi meningkat lantaran efek dari penerapan layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," tulis dia. Bahkan ia bilang, para emiten sendiri telah menduga akan terjadi hal tersebut.

Salah satunya, SILO yang melihat kesempatan hal tersebut dengan mendirikan satu rumah sakit baru di tahun 2012 lalu yakni Rumah Sakit Umum Siloam alias Siloam RSUS. Memang, rumah sakit tersebut khusus diperuntukkan bagi pasien yang berada di bawah layanan JKN. Meskipun intensitas pendapatannya relatif rendah namun manajemen perusahaan yakin untuk masa depan layanan JKN ini memiliki potensial yang cukup besar.

Armando juga mencatat, dalam tahun pertama Siloam RSUS langsung meraih tingkat okupansi sebesar 57%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rumah sakit baru Siloam lainnya. Lalu, dalam dua tahun kemudian jumlah pasiennya juga hampir meningkat dua kali lipat. Sehingga ia menghitung di 2013, Siloam RSUS telah memberikan tingkat okupansi sebesar 70%. "Padahal untuk rumah sakit baru perlu menghabiskan empat tahun untuk memiliki tingkat okupansi di atas 60%," katanya.

David juga menambahkan, untuk beberapa tahun ke depan bisnis rumah sakit masih berprospek positif. Sebab, penetrasinya masih cukup besar terlebih di kota-kota besar selain di Jakarta. Sehingga untuk melakukan ekspansi di daerah yang potensial masih besar. Namun demikian, ia bilang dari sisi valuasi, valuasi para emiten rumah sakit itu terbilang mahal.

Ia mencatat, seperti SILO memiliki valuasi 247 kali. Tak hanya itu, SAME sebagai perusahaan yang mengoperasikan rumah sakit di bawah bendera OMNI International Hospitals itu juga memiliki valuasi 61 kali. Sementara MIKA yang baru IPO belum terlihat valuasinya. "Namun, untuk MIKA kami memprediksi valuasinya pasti di atas 100 kali," tukas David.

Terlepas dari itu, William Surya Wijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities mengatakan di tahun ini para emiten juga berpeluang mendapatkan tambahan pendapatan dari aksi ekspansi yang tengah dilakukan. Memang, jika di tahun ini para emiten rumah sakit dapat dibilang cukup ekspansif. Salah satunya, MIKA yang baru tercatat di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Maret 2015 lalu itu menggunakan dana hasil IPO-nya untuk ekspansi bisnis.

Tak hanya MIKA, di tahun ini MIKA juga berencana untuk membuka 10 rumah sakit baru. Sedangkan, SAME juga berencana melakukan ekspansi dengan membuka fasilitas rumah sakit baru di Cikarang dan Balikpapan. "Hasil ekspansi ini memang akan terlihat dalam jangka panjang," kata William.

Hal yang sama juga dilontarkan David. Ia bilang, salah satu strategi perusahaan untuk mempertahankan ataupun meningkatkan bisnis rumah sakitnya yakni dengan cara berekspansi. Lantaran, dinilai terlalu ekspansi David menilai hal tersebut tak terlalu berpengaruh terhadap keuangan perusahaan. Dapat dilihat dari rasio hutang dalam debt equity ratio (der) perusahaan ini masih terlampau kecil.

Seperti SILO memiliki der 0,7 kali, SRAJ, 0,6 kali, dan SAME 1,6 kali. "Sehingga masih ada ruang untuk pembiayaan kembali," lanjut David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×