kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Menadah peluang dari pelemahan rupiah


Senin, 05 Maret 2018 / 08:48 WIB
Menadah peluang dari pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Pemintalan benang di Pabrik Sritex


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah bisa menjadi berkah bagi beberapa emiten. Terutama, emiten yang menjual produknya dalam dollar AS, namun melakukan produksi dengan mata uang rupiah.

Salah satu contohnya adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Emiten tekstil ini banyak menjual produk ke luar negeri. Pangsa pasar ekspor SRIL cukup besar, meliputi Asia, Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Uni Emirat Arab, Afrika dan Australia.

SRIL menjual beberapa produk, seperti benang, kain jadi, pakaian jadi dan kain mentah. Mengutip laporan keuangan perusahaan di kuartal III-2017, porsi penjualan ekspor SRIL setara 53,34% dari total penjualannya. Sedangkan sekitar 46,66% merupakan penjualan domestik.

Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL, mengakui, penguatan dollar AS bisa memberikan pengaruh positif bagi kinerja perusahaan ini. Meski demikian, hal ini akan bergantung dengan seberapa dalam pelemahan kurs rupiah  terhadap dollar AS. "Kalau rupiah melemah 10%, maka akan ada kenaikan margin laba kotor sekitar 0,5%," terang Welly kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/3).

Seperti diketahui, pada akhir pekan lalu, rupiah terhempas ke level Rp 13.757 per dollar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah anjlok 0,65%. Angka ini menjadi rekor terburuk sejak Februari 2016.

Welly mengatakan, meski saat ini menjadi momentum positif bagi SRIL, pihaknya belum akan memacu produksi dari target yang sudah ditetapkan. Saat ini, produksi SRIL masih sejalan dengan tingkat permintaan yang diterima. "Pelemahan rupiah masih belum banyak, karena masih dalam rentang Bank Indonesia," kata dia.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas, mengatakan, SRIL memiliki basis konsumen global yang kuat. Sehingga, perusahaan ini akan unggul di tengah pelemahan rupiah. "Akan ada bonus kenaikan margin," kata Alfred.

Selain SRIL, emiten lain yang berpotensi mendapat pengaruh positif yakni emiten di sektor batubara. Salah satunya PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Saat ini, ADRO memiliki porsi penjualan besar dalam bentuk dollar AS. Sementara itu, biaya operasional mereka dalam bentuk rupiah.

Biasanya, penjualan batubara sudah ditentukan melalui kontrak, misalnya saja kontrak tiga bulanan. Selain ADRO, emiten batubara lain yang punya kontrak jangka pendek antara lain PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Dengan demikian, keduanya juga punya kesempatan mendapatkan skema harga baru. Berbeda halnya dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang lebih banyak memiliki kontrak jangka panjang. "2018 ini kemungkinan banyak terjadi perubahan kontrak, karena perubahan harga batubara juga. Jadi margin makin besar," imbuh Alfred.

Muhammad Alfatih, analis Samuel Sekuritas Indonesia, menambahkan, emiten biasanya sudah menyiapkan diri untuk menghadapi fluktuasi nilai tukar. Salah satunya dengan melakukan lindung nilai alias hedging.

Menurut Alfatih, pelemahan nilai tukar rupiah bisa dimanfaatkan untuk membidik saham-saham yang diuntungkan pelemahan rupiah.

Alfatih merekomendasikan buy untuk saham SRIL dengan target harga Rp 500. Jika dilihat dari pergerakan harganya, SRIL masih belum bisa dengan mudah untuk tembus ke level Rp 400. "Masih bisa beli untuk jangka panjang dan trading juga," kata dia.

Alfatih juga bilang, emiten batubara memang masih dibayangi oleh kebijakan domestic market obligation (DMO).  Namun tak ada salahnya tetap melirik emiten batubara yang memiliki pangsa pasar ekspor yang cukup besar, seperti ITMG. Menurut dia, harga saham ITMG saat ini masih konsolidasi. Jadi, ia masih merekomendasikan beli. "Target harga Rp Rp 32.300 per saham," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×