Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Pengamat pasar modal & Founder WH-Project William Hartanto mengamati sejumlah faktor yang membuat indeks saham bluechip tersebut masih berkinerja merah. Pertama, ada sejumlah saham big cap yang lajunya tertinggal meski punya kinerja positif.
Saham yang secara tren tergolong lagging di antaranya BBCA, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Kedua, faktor siklus pasar, yang mana saham-saham bluechip cenderung turun sejak September dan biasanya akan kembali menguat menjelang tutup tahun.
Ketiga, sentimen eksternal, khususnya antisipasi pelaku pasar terhadap arah suku bunga acuan. Lagi pula ketika terjadi arus dana keluar (capital outflow), aksi jual (net sell) oleh investor asing akan dominan di saham-saham bigcap anggota LQ45.
Baca Juga: Cermati Saham-Saham yang Banyak Dilepas Asing Saat IHSG Menguat Kemarin
"Banyak pemegang saham (LQ45) investor asing, jadi paling cepat turun kalau mereka net sell. Harus ada arus dana yang kembali lagi ke pasar saham. Saat ini kan outflow terus karena obligasi dianggap lebih menarik," terang William.
Cheril melanjutkan, sejauh ini sentimen dari musim rilis laporan keuangan masih belum dominan dibandingkan sentimen dari eksternal, khususnya arah suku bunga The Fed. Selain soal outflow, Cheril melihat wajar kinerja indeks LQ45 memerah lantaran saham-saham berbobot besar seperti sektor energi yang melandai.
"LQ45 terdiri dari saham-saham likuid dengan market cap besar. Dapat dipahami jika pelaku pasar switch porto-nya dari saham ke instrumen lain, maka pilihan utama yang dijual adalah LQ45, yang paling likuid," terang Cheril.
Meski diiringi sejumlah tekanan, tapi Nico memandang saham-saham bluechip masih menarik untuk diangkut ke keranjang investasi. Terutama empat big bank BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI.
"Apalagi di tengah terjadinya koreksi saham-saham bank buku IV tadi, sehingga menjadi kesempatan untuk dapat membeli," ujar Nico.
Baca Juga: Ekspansi ke Bisnis Pertambangan Nikel, Simak Prospek dan Rekomendasi Saham UNTR
Ika turut menyarankan buy on weakness BBCA dan BBRI dengan target harga di Rp 8.925 dan Rp 5.125. Saham bluechip lain yang menurut Ika layak koleksi adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga masing-masing Rp 6.275, Rp 5.800 dan Rp 7.100.
Sedangkan Cheril menjagokan saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan target harga Rp 1.300 dan stoploss di Rp 1.100.
Kemudian saham PT Ace Hardware Indonesia (ACES) dengan target harga Rp 880 dan stoploss Rp 750. Sementara itu, William menyodorkan saham TLKM, CPIN, ACES. MDKA, dan TBIG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News