kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Membedah produk reksadana saham Prospera Bijak


Selasa, 10 Maret 2015 / 07:50 WIB
Membedah produk reksadana saham Prospera Bijak
ILUSTRASI. Batal Diimplementasikan 2023, Kemenkeu Sebut Pembahasan Marketplace Lokal Jadi Pemungut Pajak Masih Alot. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Tren pelemahan rupiah justru menjadi celah bagi manajer investasi mengeruk keuntungan. Seperti yang dilakukan oleh PT Prospera Asset Management pada reksadana saham Prospera Bijak. Caranya, mengincar saham-saham yang diuntungkan seiring pelemahan rupiah. 

Presiden Direktur Prospera Asset Management Yosep Chandra mengatakan, Prospera Bijak mengoleksi aset dasar berupa saham perusahaan yang pendapatannya dalam dollar AS.

Saham yang menjadi pilihan merupakan sektor komoditas, seperti saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). "Meskipun harga komoditas tengah turun, masih memiliki prospek bagus," kata Yosep, Senin (9/3). 

Selain itu, Prospera  melirik saham sektor pelayaran dan kawasan industri. Namun, strategi tersebut hanya jangka pendek. Yosep yakin, pelemahan rupiah hanya berlangsung sementara akibat faktor global. Di sisi lain, fundamental domestik masih positif.

Prospera Bijak juga masuk ke saham-saham blue chip. Menurut Yosep, pihaknya memilih saham yang masih murah, namun berfundamental baik. "Kami menerapkan strategi low risk high return," jelasnya. 

Untuk saham unggulan ini, Prospera memilih sektor yang cenderung defensif, seperti infrastruktur, sektor perbankan, serta konsumer. Ini lantaran indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah bertengger di level tinggi. 

Menurut Yosep, Prospera mulai meninggalkan sektor konstruksi seperti WIKA, karena sudah cukup mahal dan switch ke infrastruktur yang terbilang murah. "Meski kami masih mempertahankan saham konstruksi swasta," ujarnya.

Produk yang terbit sejak 1 Juli 2011 ini memiliki kebijakan leluasa memutar minimal 80% dan maksimal 95% aset dasar pada ekuitas. Sisanya, di pasar uang, minimal 5% dan maksimal 20%. 

Menilik fund factsheet Januari 2015, Prospera Bijak mengalokasikan 86,73% aset pada pasar saham, sisanya di pasar uang. Yosep akan mempertahankan komposisi tersebut seiring kondisi pasar yang terkoreksi. 

Pasar yang koreksi berpotensi memberikan keuntungan dengan strategi trading saham. "Jadi, kami juga butuh porsi kas untuk melakukan trading," ujarnya. 

Alokasi saham terbesar pada sektor konsumer sekitar 24%. Mengekor, sektor keuangan 21%, infrastruktur 21%, lalu industri dasar 8%. 

Dengan strategi tersebut, Prospera Bijak menorehkan kinerja positif. Secara year to date per 6 Maret 2015, produk ini menorehkan imbal hasil 4,13%.  Kinerja tersebut di atas rata-rata kinerja reksadana saham, yaitu 3,21% di periode yang sama.

Yosep memperkirakan, Prospera Bijak mampu membagikan return 15% di akhir tahun ini. "Return tersebut diperkirakan mengungguli IHSG, yang naik 11% hingga 12%," katanya.

Investor bisa menyetorkan dana Rp 250.000 untuk investasi awal Prospera Bijak. Investor dikutip biaya pembelian maksimal 2%, sedangkan biaya penjualan kembali maksimal 2%.

Analis Infovesta Utama Villiawati menilai, prospek Prospera Bijak tahun ini cukup menarik. Kinerjanya  akan tertopang mayoritas portofolio yang ditempatkan pada saham sektor konsumsi, keuangan dan infrastruktur. "Sektor tersebut mendapatkan sentimen positif dari proyek infrastruktur pemerintah tahun ini," tuturnya.

Selain itu, penempatan aset pada sektor konsumsi yang defensif, serta komposisi pasar uang yang lebih dari 10% bakal menopang kinerja reksadana saat pasar saham fluktuatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×