kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membaca arah investasi di tahun 2021


Kamis, 10 Desember 2020 / 08:25 WIB
Membaca arah investasi di tahun 2021


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi turut mengubah landskap dunia investasi tanah air, apalagi sepanjang 2020 Bank Indonesia telah memangkas 125 bps bunga acuan, dari 5,00% menjadi 3,75%. 

Sejumlah analis menaksir penurunan bunga acuan justru bakal membuat instrumen seperti obligasi justru menarik buat dikoleksi tahun depan. “Penurunan bunga bank secara teoritikal akan menaikkan harga obligasi, diikuti emas, dan saham,” ujar Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto kepada KONTAN, Rabu (9/12).

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto juga sepakat soal ini, Obligasi baik yang diterbitkan pemerintah maupun korporasi akan punya nilai tambah tahun depan. 

Baca Juga: Pasar keuangan membaik, prospek reksadana terproteksi di tahun depan cerah

Meski demikian, ia juga memberi catatan terutama buat investor yang akan mengoleksi obligasi korporasi. Investor mesti cermat buat menilai korporasi penerbit obligasi, sebab pemulihan ekonomi tak akan terjadi secara instan. 

“Sebenarnya tidak ada segmen yang spesifik, bisa dilihat rating, dan pemiliknya. Terutama yang perlu diwaspadai soal risiko gagal bayar sebab pemulihan ekonomi masih butuh waktu,” ujarnya kepada KONTAN. 

Koleksi obligasi juga bisa dilakukan investor dengan kombinasi reksa dana saham, campuran, maupun pendapatan tetap. Sementara sejumlah instrumen investasi lain seperti emas harganya dinilai akan cenderung turun. 

Ini terkait mulai sentimen positif yang ditimbulkan dari ketersediaan vaksin Covid-19. Maklum harga emas melonjak tahun ini akibat kekhawatiran pandemi. Rudiyanto pun menilai, tahun depan sejumlah sentimen bakal melemahkan harga emas.  “Sentimen pendorong emas untuk tahun depan agak minim.

Baca Juga: Prospek investasi obligasi tahun 2021 masih menarik

Pertama, tarif pajak dari AS diperkirakan akan naik sehingga aksi quantitative easing oleh Bank Sentral AS tidak sebesar yang diperkirakan. Secara historis, semakin tinggi  quantitative easing, semakin tinggi harga emas,” sambungnya. 

Adapun alasan kedua disebutnya disebutnya akibat pemulihan ekonomi. Makin baik kondisi, masyarakat juga bakal makin mengurangi kepemilikan emas, dan beralih ke instrumen yang lebih lebih berisiko seperti saham.

Selanjutnya: Imbal hasil unitlink ikut terkerek penguatan IHSG, siapa juaranya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×