kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memasuki musim dingin, harga komoditas energi mulai melonjak


Rabu, 25 November 2020 / 19:24 WIB
Memasuki musim dingin, harga komoditas energi mulai melonjak
ILUSTRASI. Sejak awal bulan ini, harga minyak sudah melesat 27,15%.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Wahyu bilang, dengan melimpahnya produksi, permintaan yang menyusut, dan fundamental yang sulit membuat harga bisa naik, kondisi gas alam saat ini adalah yang terburuk. Efek musim dingin memang mungkin mengangkat harga gas alam. Tapi sentimennya berpotensi hanya sesaat karena hilang bersamaan dengan usainya musim dingin.

Sementara untuk minyak, sentimen soal kebijakan OPEC+ kemungkinan masih akan membayangi seiring masih terdapat perbedaan pandangan antara upaya pemangkasan produksi. Wahyu menilai, OPEC+ masih berusaha untuk menerapkan kebijakan pemangkasan produksi sebanyak 7,7 juta bph ke setiap anggotanya secara merata.

Arab Saudi dan Rusia memberi sinyal bersedia untuk melanjutkan kebijakan pemangkasan tersebut. Tapi, rupanya Irak, Uni Emirat Arab, dan Kuwait justru menunjukkan keberatan terhadap kebijakan tersebut.

Walau demikian, Wahyu meyakini sentimen musim dingin dan permintaan yang naik masih akan menopang kenaikan harga komoditas energi hingga akhir tahun nanti. Untuk batubara, diperkirakan harganya akan berada di kisaran US$ 60 per ton hingga US$ 70 per ton. Untuk minyak masih akan fluktuasi di kisaran harga US$ 45 per barel. Sedangkan harga gas alam akan ada di kisaran US$ 2,0 per mmbtu hingga US 3,5 per mmbtu.

Baca Juga: Ini kata analis soal prospek batubara di tengah menggeliatnya energi alternatif

Wahyu melihat, koreksi harga komoditas energi cukup terbuka untuk tahun depan. Tapi, secara umum, sentimen utamanya masih akan berkaitan dengan perkembangan vaksinasi dan pemulihan ekonomi. Belum lagi peluang adanya stimulus besar-besaran sehingga Wahyu menilai reflationary trades terjadi. 

“Maksudnya adalah, ketika terjadi pelemahan pada dolar AS, ini akan menguntungkan lawannya dolar AS, yakni komoditas. Termasuk minyak, batubara, dan gas alam yang ditransaksikan menggunakan dolar AS,” tambah Wahyu.

Untuk harga komoditas energi pada tahun depan, Wahyu memproyeksikan batubara akan ada di kisaran US$ 50 per ton-US$ 70 per ton, minyak WTI pada rentang US$ 35 per barel-US$ 55 per barel, dan gas alam di kisaran US$ 2,0 per mmbtu-US$ 4,0 per mmbtu.

Baca Juga: Inilah tips investasi saham di awal tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×