kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik saham-saham jawara market caps, siapa yang menarik?


Minggu, 13 Oktober 2019 / 16:23 WIB
Melirik saham-saham jawara market caps, siapa yang menarik?
ILUSTRASI. BBCA, BBRI, dan TLKM masih bertengger di urutan tiga teratas emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat turun atau minus 1,43% sejak awal tahun. Tapi posisi jawara kapitalisasi pasar bursa tidak banyak berubah. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) masih bertengger di urutan tiga teratas emiten dengan kapitalisasi pasar.

Merujuk data Bursa Efek Indonesia per Jumat (11/10), kapitalisasi pasar BBCA tercatat sebesar Rp 748 triliun, kemudian BBRI Rp 479 triliun, dan TLKM Rp 413 triliun.

Mengulas data jawara kapitalisasi market dari awal semester II 2019, perubahan yang paling mencolok adalah masuknya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menggantikan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dalam jajaran 10 besar saham jawara market caps.

Baca Juga: Saham Emiten Konglomerasi Kompak Turun, Hal Ini Jadi Penyebabnya

Adapun kapitalisasi pasar yang naik signifikan adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yakni tumbuh 15,25% dari Rp 118 triliun di akhir Juni 2019 menjadi Rp 136 triliun pada Jumat (11/10).

Ada juga kapitalisasi pasar yang turun cukup dalam yakni saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merosot 23,67% dari Rp 169 triliun di akhir Juni 2019 menjadi Rp 129 triliun pada  penutupan pasar Jumat (11/10). BBNI pun turun dari urutan ke 8 di akhir Juni 2019 menjadi urutan ke 10 emiten dengan market caps terbesar.

Meskipun kapitalisasi pasar BBNI turun paling dalam, saham perbankan masih mendominasi 10 besar kapitalisasi pasar terbesar. Ada empat emiten perbankan yang masuk top 10 market caps yakni BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI.

Baca Juga: Stock split dilakukan karena emiten melihat harga sahamnya sudah mahal

Kalau melihat total market caps BEI sebanyak Rp 7.039,65 triliun hingga Jumat (11/10), maka nilai kapitalisasi pasar dari empat bank terbesar di Indonesia itu saja sudah menguasai 23,52% total market caps.

Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, BBCA masih memimpin kapitalisasi paar bursa karena ditopang kinerja fundamental dan valuasi sahamnya yang sejak dulu memang paling tinggi.

“Kalau valuasi saham BBCA memang dari dulu selalu mahal karena dipandang punya nilai intrinsik yang lebih dari bank lain,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (11/10).

Menurut Wawan, valuasi saham BBCA paling tinggi karena inline dengan posisi BBCA sebagai bank swasta paling besar di Indonesia. Adapun BBCA dana gironya besar jadi cost of fund lebih rendah dibanding bank lain.

Baca Juga: Sedikit melambat, BCA perkirakan pertumbuhan kreditnya tahun ini sekitar 9%-10%

Selain itu, BBCA juga mencatatkan jumlah nasabah per Juni 2019 sebanyak 20 juta rekening nasabah dan perkembangan teknologi yang paling maju di Indonesia.

Selain BBCA, Wawan juga mencermati masuknya TPIA dalam jajaran top 10 market caps di tengah fundamental keuangannya yang kurang cemerlang di semester I 2019. Menurut Wawan, TPIA punya banyak cerita lain yang memberikan katalis positif bagi emiten petrokimia ini.

“Salah satu yang paling anyar adalah TPIA berencana lakukan efesiensi dengan cara merger bersama anak usahanya yakni PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI) untuk menciptakan perusahaan petrokimia yang terintegrasi,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (11/10).

Baca Juga: Ini Daftar Saham-Saham Menarik, Meski Harganya Sudah Melejit

Merger ini nantinya bisa memperkuat posisi TPIA sebagai pemain petrokimia utama regional. Menurut Wawan, pasar tidak hanya melihat kinerja keuangannya saja, tapi kalau ada cerita yang dipandang kuat untuk memperbaiki fundamental perusahaan dalam jangka waktu yang panjang, sahamnya otomatis disukai pelaku pasar. Jadi investor bisa buy on rumor lalu sell on news.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas melihat valuasi tiga saham emiten terbesar dari kapitalisasi pasar yakni BBCA, BBRI, dan TLKM sudah tergolong murah. “Bahkan mayoritas semua penghuni top 10 market caps murah selain TPIA dan UNVR,” ujarnya.

Meskipun saham TPIA sudah mahal, menurut Sukarno, kalau untuk trading harga sahamnya masih oke dan tren sahamnya juga masih berpotensi rebound.

Begitu juga dengan saham UNVR yang masih menarik untuk trading. Sebab di tengah isu perlambatan ekonomi, saham UNVR tetap menjadi incaran para fund manager dalam alokasi portofolio mereka.

Sukarno juga mencermati terdepaknya GGRM dari daftar 10 besar emiten dengan market cap terbesar. Tapi emiten rokok lainnya yakni HMSP masih masuk daftar karena HSMP punya keunggulan lain dibanding GGRM. Walaupun valuasi GGRM lebih murah, HSMP mampu mencatatkan rasio profitabilitas (ROE, ROA, NPM) lebih tinggi daripada GGRM.

Baca Juga: Menimbang Prospek Saham Calon Penghuni Indeks MSCI

Ia menambahkan, di tengah kondisi IHSG yang stagnan bahkan cenderung turun, para pengguna strategi jangka pendek ke menengah bisa melakukan trading cepat saja ikuti arus mau ke mana arah indeks menuju. Ada kemungkinan saham-saham ini masih bisa lanjut turun lagi.

Tapi bagi investor yang menerapkan strategi jangka panjang sudah bisa akumulasi beli saham-saham di jajaran 10 saham market caps terbesar karena memang harga sudah terdiskon juga.

Adapun untuk investor ritel, bisa lakukan strategi mengikuti pergerakan asing. Hindari dulu untuk saham-saham yang masih mencatatkan net sell asing.

Sukarno menilai saham perbankan paling menarik jika memang dalam waktu terdekat proyeksi IHSG kembali menguat. “Saat ini sektor perbankan bisa jadi pilihan buat trading,” ujarnya.

Baca Juga: Kebutuhan Terus Naik, Iklim Investasi Bisnis Petrokimia Harus Dibenahi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×