kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik reksadana penantang indeks (bagian 2)


Jumat, 15 Februari 2013 / 08:15 WIB
Melirik reksadana penantang indeks (bagian 2)
ILUSTRASI. Penjualan ponsel di gerai Erafone, Jakarta.


Sumber: Edisi Khusus KONTAN | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA. Pamor reksadana saham tahun ini diprediksi makin bersinar seiring terus melejitnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Mayoritas analis dan fund manager masih optimistis, imbal hasil equity fund tahun 2013 masih cukup tinggi.

Riset Sucorinvest Central Gani meramal, IHSG tahun ini bisa menembus level 5.038. Sedangkan Trimegah Securities memperkirakan indeks menutup tahun 2013 di angka 4.900. "IHSG kami proyeksikan naik 15% tahun ini, sehingga return reksadana saham ditargetkan tumbuh 15%–20%," ungkap Rudiyanto, Head of Operation and Business Development Panin Asset Management.

Dalam tulisan ini, KONTAN akan menyuguhkan jawara reksadana saham dalam rentang  waktu tiga tahun terakhir. Kinerja reksadana saham yang dikeker adalah periode 30 Desember 2009 hingga 28 Desember 2012. Data disusun berdasarkan riset Infovesta Utama, lembaga periset pasar modal. Kriteria yang digunakan di antaranya, Sharpe ratio, pertumbuhan unit penyertaan, jumlah dana kelolaan per akhir periode, dan seterusnya.

Dari daftar itu,  mari kita coba mengulik beberapa jagoan yang ada. Mereka adalah Panin Dana Maksima, BNP Paribas Solaris, dan Schroder Dana Istimewa.

Tiga reksadana itu membukukan imbal hasil tahunan terbang melampaui growth IHSG. Untuk lebih lengkapnya, silakan simak ulasan berikut:

Panin Dana Maksima

Produk besutan PT Panin Asset Management ini sudah satu dasawarsa tak tergoyahkan sebagai reksadana saham berperforma terbaik. Return tahunan Panin Dana Maksima mencapai 34,06%. Sejak diluncurkan pada tahun 1997 hingga Desember 2013, nilai aktiva bersih produk ini mencapai Rp 4,63 triliun.

Investor yang sedari mula memegang reksadana Panin Dana Maksima saat ini tentu girang tak terkira. Betapa tidak? Harga NAB per unitnya kini mencapai Rp 57.789,43, alias naik 5.678%! Itu berarti selama 15 tahun, Panin Dana Maksima memberikan return tahunan rata-rata sekitar 378,53%. Menggiurkan, bukan? "Konsistensi terhadap strategi adalah kuncinya," kata Rudiyanto, Head of Operation and Business Development Panin Asset Management, mengungkap rahasia sukses produk andalan Panin itu.

Panin Dana Maksima menempatkan portofolio di efek ekuitas dan pasar uang (lihat tabel profil produk). Rudiyanto membeberkan, filosofi investasi Panin Asset Management adalah investasi berbasis nilai.

Panin lebih senang perusahaan berfundamental kuat dengan valuasi murah hingga moderat,  yang punya prospek pertumbuhan laba bersih berkelanjutan. "Kami juga mengutamakan saham emiten dengan good corporate governance (GCG) yang baik," paparnya.

Dengan kriteria saham itu, fluktuasi pasar yang kerap tajam tak terlalu menjadi masalah. Saat kondisi pasar bearish, misalnya, MI akan menyesuaikan portofolio dengan komposisi dana tunai dan saham. "Bisa juga mengubah sektor saham yang sesuai dengan strategi dan kriteria kami," jelas dia.

Untuk pemilihan sektor saham, Rudiyanto mengaku Panin tidak memiliki preferensi mana saja yang harus dihindari. Namun, sekarang ini, ada tiga sektor favorit manajer investasi anak dari PT Panin Sekuritas ini, yaitu sektor perbankan, consumer goods, dan properti.

Nah, menghadapi tahun 2013, Panin optimistis capaian produk andalannya itu bisa lebih baik daripada sebelumnya. Apa saja strategi yang disiapkan?

Rudiyanto menjelaskan, selain konsisten dengan strategi awal, Panin juga akan memperluas dan memperdalam riset emiten-emiten BEI. Maka itu, "Kami menambah jumlah tim riset, seiring dengan makin banyaknya jumlah emiten dan menajamnya fluktuasi pasar," ujarnya.

Rudiyanto tidak menyebutkan secara spesifik berapa target imbal hasil Panin Dana Maksima yang dikejar tahun ini. Namun, secara rata-rata, reksadana saham Panin Asset Management diupayakan membukukan return pada kisaran 15%–20%, untuk tahun 2013.

Hingga akhir 2012, Panin Asset Management memiliki 23.000 nasabah dengan total dana kelolaan Rp 10 triliun, termasuk kelolaan pada kontrak pengelolaan dana (KPD).

BNP Paribas Solaris

Produk besutan PT BNP Paribas Investment Partners ini menempati urutan ketiga reksadana saham terbaik untuk periode tiga tahun. Imbal hasil tahunan BNP Paribas Solaris mencapai 19,33%.

Manajemen MI yang berpusat di Prancis ini memakai strategi khusus yakni fokus pada portofolio di saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar menengah ke bawah. Kriteria saham yang dipilih adalah saham dengan kapitalisasi pasar kurang dari 3% dari total kapitalisasi saham BEI. Pilihan bermain di saham kapitalisasi rendah menjadikan BNP Paribas tergolong agresif.

Presiden Direktur BNP Paribas Investment Partners Vivian Secakusuma menjelaskan, dalam kurun waktu enam bulan terakhir, pergerakan saham yang menjadi isi keranjang BNP Paribas Solaris berlari kencang. Sebut saja salah satu contohnya, saham PT Semen Gresik Tbk (SMGR). Koleksi Solaris di saham emiten pelat merah itu mencapai 4,01% dari total NAB, per 31 Januari 2013.

Nah, dari akhir Juli 2012 hingga akhir Januari 2013 atau enam bulan, harga saham SMGR melesat 59,5% ke Rp 15.000 per saham. Sementara, pada periode yang sama, return BNP Paribas Solaris mencapai 8,57%. Tentu, karena tak semua efek mencetak capital gain tinggi.

Hingga akhir Januari lalu, porsi saham terbesar BNP Paribas Solaris adalah saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 4,68%, disusul saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 4,32% (lihat tabel profil produk).

Vivian menuturkan, kendati pilihan investasinya ada pada saham berkapitalisasi kecil, BNP Paribas selalu menyeleksi ketat saham itu sebelum memutar dana di sana. Mereka mengamati kondisi fundamental perusahaan digabungkan dengan analisa makro. "Kami lebih fokus pada faktor fundamental sehingga horison investasinya jangka panjang. Kami tak aktif trading saham," ujar dia.

Lalu, bagaimana mempertahankan kinerja produk yang baru berusia empat tahun itu? Vivian mengaku akan tetap menggencarkan pengelolaan portofolio pada saham-saham small caps yang berbasis konsumsi domestik. Misalnya saja, sektor saham consumer goods, semen, dan perbankan.

Vivian mengingatkan, Solaris ini tergolong memiliki profil risiko tinggi. Untuk itu, dia menyarankan agar investor melakukan diversifikasi investasi guna meminimalkan risiko.
Infovesta mencatat, risiko tahunan (annualized risk) BNP Paribas Solaris ini sekitar 21,29%. Angka itu berada di urutan keempat reksadana saham dengan annualized risk tertinggi di antara 10 reksadana saham terbaik selama periode tiga tahun.

Hingga 31 Januari 2013, harga NAB per unit reksadana ini mencapai Rp 2.024,31. Dus, total NAB mencapai Rp 3,66 triliun. Tahun ini, BNP Paribas mengejar pertumbuhan dana kelolaan 10%. Tapi, Vivian tak mau menyebut target return reksadana ini.

Schroder Dana Istimewa

Strategi pilihan yang mengandalkan kombinasi silang antara saham big caps dan smal caps menjadi resep ampuh produk reksadana saham bertajuk Schroder Dana Istimewa.
Produk racikan PT Schroder Invesment Management itu membukukan return tahunan 16,88%. Pada jajaran 10 reksadana saham terbaik periode tiga tahun versi Infovesta, Schroder Dana Istimewa bertengger di urutan kelima.

Sekadar catatan, Schroder merupakan manajer investasi dengan total dana kelolaan terbesar saat ini. Per Januari 2013, total dana kelolaan mereka untuk reksadana saja sudah mencapai sekitar Rp 38,32 triliun.

Strategi produk Schroder Dana Istimewa ini sejatinya juga tidak istimewa sekali. Fund manager Schroder memutar portofolio sahamnya minimal 25% di saham-saham berkapitalisasi kecil.

Direktur Utama Schroder Investment Management Michael T. Tjoajadi menuturkan, ketika pasar saham tengah bergairah atau bullish, porsi saham small caps di keranjang Schroder Dana Istimewa akan ditingkatkan sampai kisaran 30%.

Bukan tanpa alasan mengapa MI asal Inggris ini senang memutar dana kelolaannya di saham-saham berkapitalisasi kecil. Ketika indeks saham tengah melaju, biasanya saham kakap lebih cepat kehabisan tenaga,  karena ruang kenaikannya relatif sudah terbatas. Sedangkan potensi kenaikan harga berkapitalisasi kecil lebih besar sehingga lajunya kencang.

Agar tak salah pilih, Michael mengaku, saham-saham berkapitalisasi kecil yang disasar juga harus melalui seleksi yang ketat dari sisi fundamental emiten. "Minimal berkapitalisasi pasar Rp 1,5 triliun," kata dia. Prospek pertumbuhan laba bersih yang tinggi dalam jangka panjang juga jadi kriteria.

Schroder lebih suka saham-saham pada sektor perbankan, konsumer, dan infrastruktur. Hingga 28 Desember 2012, beberapa saham small caps yang menjadi isi keranjang Schroder Dana Istimewa, antara lain saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM).

Seleksi serupa juga berlaku dalam memilih saham berkapitalisasi besar. Nah, selain menerapkan strategi pemilihan saham yang tepat, Schroder juga memakai strategi investasi tersendiri.

Untuk saham big caps, Schroder cenderung menerapkan prinsip buy and hold. Sebaliknya, demi mengoptimalkan cuan dari saham small caps, Shroder memilih untuk trading. "Trading saham small caps-nya bulanan," imbuh Michael.

Schroder mengaku, jurus pengelolaan yang sudah diterapkan di produk yang berusia delapan tahun ini akan terus dipertahankan. Target return Schroder Dana Istimewa tahun ini diproyeksikan 3% di atas return IHSG.

Dengan rapor kerja bagus dan target return tinggi, Michael mengharapkan dana kelolaan produk andalannya itu tumbuh Rp 1 triliun, tahun ini. Sampai akhir tahun lalu, nilai dana kelolaan Schroder Dana Istimewa mencapai Rp 3,18 triliun.        o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×