kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Melihat prospek saham-saham top gainers di semester I 2020


Selasa, 30 Juni 2020 / 20:13 WIB
Melihat prospek saham-saham top gainers di semester I 2020
ILUSTRASI. Seorang karyawan sedang melihat pergerakan saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, di Jakarta, Senin (8/6). Sepanjang sepekan kemarin, emiten bersandi saham BBTN tersebut mencatatkan kenaikan saham sebesar 38,82% dari Rp760 per lembar saham pada pemb


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami penurunan 22,13% sejak awal tahun hingga akhir Juni 2020 ke level 4.905. Dua indeks lainnya juga mengalami penurunan yaitu LQ45 turun 25,46% sejak awal tahun dan Kompas100 turun 23,83%.

Di tengah penurunan tersebut, terdapat beberapa saham yang masih menunjukkan penguatan. Berdasarkan data Bloomberg, top gainers di IHSG adalah saham PT Pyridam Farma Tbk (PYFA), PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX), dan PT Duta Intidaya Tbk (DUTA).

Top gainers indeks LQ45 adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Sementara top gainers indeks Kompas100 adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), TOWR dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Baca Juga: Laba Telekomunikasi Indonesia (TLKM) turun 5,8% pada kuartal I 2020

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa saham-saham bluechips belum banyak menggerakkan pasar dalam negeri.

Analis Senior Anugerah Sekuritas Bertoni Rio menjelaskan kondisi tersebut sejalan dengan bursa global yang cukup bergejolak di tengah pertumbuhan kasus infeksi wabah Covid-19, yang menyebabkan anjloknya aktivitas ekonomi dunia dan menyeret harga komoditas berguguran.

"Melambatnya ekonomi membuat emiten blue chips pun tidak bisa ekspansi, cenderung stagnan bahkan cenderung turun. Mengingat saham-saham blue chips belum mengalami perbaikan saat ini yang tertekan aksi jual investor asing yang memicu trader wait and see," jelas Bertoni kepada Kontan, Selasa (30/6).

Baca Juga: Stabilitas eksternal membaik, Ekonom BCA prediksi cadangan devisa bulan Juni naik

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan saham telekomunikasi dan yang berhubungan dengannya, khususnya TOWR mampu menjadi top gainers di dua indeks lantaran potensi pendapatan TOWR yang kemungkinan meningkat. Sehingga saham TOWR menjadi diminati oleh investor.

"Dengan akuisisi tower di tahun lalu ada kemungkinan TOWR mempunyai prospek kenaikan kinerja di tahun ini sehingga masih cukup menarik, ekspansi yang dilakukan TOWR juga dinilai cukup bagus bahkan kembali diisukan TOWR berniat menambah kembali towernya," jelas Chris.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×