Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada nilai tukar rupiah makin besar di kuartal terakhir tahun ini. Jumat (21/10), kurs rupiah spot melemah 0,39% ke Rp 15.632 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kurs rupiah spot melemah 1,32% dalam sepekan terakhir. Rupiah mengakumulasi pelemahan total 9,6% sejak awal tahun.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo meyakini bahwa kurs rupiah bakal bergerak melemah sampai tutup tahun 2022. Rupiah masih dibayangi oleh prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve yang diprediksikan akan tetap agresif.
Pada sisa tahun ini, bank sentral AS diperkirakan bakal meningkatkan suku bunga dua kali lagi. Terlebih, kenaikan imbal hasil (yield) Obligasi AS terus mendukung likuiditas dolar yang menekan semua mata uang negara maju dan berkembang.
Baca Juga: Harga Saham Bank Mandiri (BMRI) All Time High, Kapitalisasi Pasar Lewati TLKM
Hingga akhir tahun, Sutopo meyakini kemungkinan rupiah akan bergerak melemah di rentang Rp 15.500 per dolar AS-Rp 16.000 per dolar AS. Area ini juga dicermati bakal bertahan hingga paruh pertama tahun depan.
Sutopo bilang, dari sisi internal pun belum mampu mencegah pelemahan nilai tukar rupiah lebih dalam. Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga, sama sekali tidak berpengaruh untuk menguatkan posisi rupiah.
"Karena mata uang negara berkembang masih sangat dipengaruhi sentimen global," ucap Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (21/10).
Baca Juga: Rupiah Kembali Lunglai di Hadapan AS pada Pekan Ini
Sedangkan, ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mencermati bahwa masih ada harapan bagi rupiah untuk kembali menuju level penguatan. Penguatan rupiah di akhir tahun dapat terjadi dengan dukungan fundamental ekonomi yang masih solid.
"Jika kenaikan Fed Funds Rate sudah priced in dan terjadi capital inflow kembali ke pasar domestik. Maka, peluang rupiah menguat akan terbuka," kata Reny kepada Kontan.co.id, Jumat (21/10).
Namun, Reny menggarisbawahi bahwa penguatan itu bisa terjadi jika tekanan eksternal tidak lagi berat. Sebab, pelemahan rupiah selama ini terjadi karena masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti normalisasi kebijakan sejumlah bank sentral terutama The Fed yang masih hawkish sehingga terjadi capital flight.
Reny optimistis ada potensi bagi rupiah untuk rebound atau berbalik menguat. Dia memperkirakan rupiah akan kembali ke kisaran Rp 14.800 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS pada akhir tahun. Reny meramalkan rupiah akan berada di area Rp 14.900 - Rp 15.300 per dolar AS pada semester pertama 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News