kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Mei, ada 12 produk baru ramaikan pasar reksadana


Sabtu, 10 Juni 2017 / 15:07 WIB
Mei, ada 12 produk baru ramaikan pasar reksadana


Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pasar reksadana di tanah air semakin ramai. Sepanjang Mei 2017 lalu, ada selusin produk reksadana baru yang meluncur ke pasar.

Jenis yang terbanyak adalah reksadana saham: empat produk. Yakni, Reksadana Jasa Capital Saham Progresif, Majoris Saham Alpha Recovery Perdana, Pinnacle Indonesia Sharia Equity Fund, Syailendra Equity BUMN Plus.

Disusul tiga produk reksadana campuran dan tiga produk reksadana pendapatan tetap. Sisanya, dua produk reksadana pasar uang masing-masing Avrist Ada Kas Intan dan Insight Fund Cash.

Semakin menjamurnya produk reksadana saham, menurut Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana, karena kinerja reksadana berbasis saham ini sepanjang bulan lalu sedang ciamik. Buktinya, reksadana jenis ini mencatatkan pertumbuhan imbal hasil rata-rata 0,85%. Sementara di bulan yang sama, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,93%.

Uniknya, produk reksadana saham yang baru diterbitkan bulan lalu rata-rata memiliki spesialisasi. Yakni, dengan mengkhususkan diri pada produk saham sektoral ataupun saham syariah.

Ini merupakan strategi para manajer investasi melakukan diversifikasi. "Karena bersaing dengan sekitar 250 produk di pasar, para fund manager dituntut harus kreatif dan inovatif," kata Wawan.

Selain diversifikasi, produk reksadana saham anyar memang harus memiliki keunggulan dibanding produk sejenis yang sudah lebih dulu dipasarkan. Wawan pun merekomendasikan saham badan usaha milik negara (BUMN) sebagai benchmark bagi reksadana saham. Sebab, perusahaan pelat merah berkinerja lebih baik dan cenderung lebih aman karena dimiliki oleh pemerintah.

Di sisi lain, produk reksadana pasar uang masih minim peminat. Soalnya, pasar reksadana berbasis instrumen pasar uang dan deposito perbankan ini belum berkembang. Meski begitu, Wawan memprediksikan, bulan ini banyak institusi masuk ke reksadana pasar uang. "Karena, pertumbuhannya tercatat paling stabil sekalipun tak signifikan," ujar dia.

Sementara untuk produk reksadana campuran dan pendapatan tetap lebih stabil. Apalagi, kinerja obligasi kembali menguat pasca lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) mengerek peringkat utang Indonesia menjadi investment grade.

Bulan lalu, indeks acuan reksadana pendapatan tetap yakni Infovesta Fixed Income Index menorehkan rata-rata imbal hasil 0,67%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×