kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Media Nusantara Citra menyebut institusi luar negeri tertarik beli 10% saham MNCN


Kamis, 26 Maret 2020 / 17:31 WIB
Media Nusantara Citra menyebut institusi luar negeri tertarik beli 10% saham MNCN
ILUSTRASI. Institusi asing rencananya akan membeli 10% atau lebih saham MNCN dengan target penyelesaian April 2020.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN)  tengah bernegosiasi dengan institusi terkemuka. Investor Relations MNCN Luthan Fadel Putra mengatakan, institusi yang berasal dari luar negeri tersebut rencananya akan membeli 10% atau lebih saham MNCN atau lebih dengan target penyelesaian pada April 2020.

Berdasarkan data RTI, pemegang saham terbesar MNCN adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR) sebanyak 56,37%, masyarakat sebanyak 30,35% dan saham treasury sebanyak 13,28%.

Baca Juga: Imbauan work from home bisa perkuat kinerja iklan MNCN

Lebih lanjut, MNCN mengatakan kinerja di berbagai lini bisnisnya cukup baik meskipun dalam situasi penyebaran Covid-19 di Indonesia saat ini. Pada kuartal I-2020 ini kinerja MNCN ditopang oleh kenaikan tarif iklan (rate card) 10% pada Januari 2020 dan peningkatan pendapatan iklan sejalan dengan pengiklan yang mengubah strategi dari off-air menjadi ke televisi dan digital. "Iklan fast moving consumer goods (FMCG), pharmaceutical dan e-commerce meningkat," jelas Fadel kepada Kontan, Kamis (26/3).

Peningkatan iklan ini sejalan dengan perkembangan Covid-19 di Indonesia baru-baru ini membuat banyak lembaga untuk melakukan kegiatan dari rumah seperti belajar online ataupun bekerja dari rumah. Dengan kondisi tersebut, pemirsa televisi telah meningkat sebesar 50% serta rata-rata waktu menonton per pemirsa juga meningkat seperti yang telah dikonfirmasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). "Makanya banyak pengiklan yang meningkatkan iklan di televisi," imbuh Fadel.

Baca Juga: MNCN optimisme kinerjanya ciamik di tengah merebaknya virus corona

Di sisi lain, layanan streaming juga telah menunjukkan tren kenaikan meski tidak signifikan seperti halnya pada free to air (FTA) TV. Sebab mayoritas penduduk Indonesia masih mengonsumsi hiburan dan berita melalui FTA TV. Selain itu, biaya internet juga merupakan faktor kunci mengapa FTA TV lebih digemari daripada platform OTT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×