Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) membukukan laba bersih sebesar US$164,3 juta untuk periode yang berakhir 30 September 2017. Padahal pada periode yang sama tahun 2016 lalu, Medco masih membukukan rugi bersih US$149,6 juta.
Roberto Lorato, CEO, mengatakan efisiensi dan kinerja operasi membuat MedcoEnergi bisa membukukan laba hingga akhir September 2017 lalu.
“Kami terus menunjukkan penguatan hasil kinerja operasi, yang dipadukan dengan keberhasilan upaya efisiensi biaya, dapat memungkinkan kami untuk merealisasikan keuntungan secara penuh dari harga komoditas yang membaik,”kata Robert dalam siaran pers pada Minggu (7/1).
MedcoEnergi juga mencatat total pendapatan sebesar US$597,5 juta hingga triwulan ketiga 2017 atau meningkat sebesar 52,6% dibandingkan periode yang sama di tahun 2016. Pertumbuhan pendapatan berasal dari produksi yang lebih tinggi dan kenaikan harga komoditas.
Rata-rata harga realisasi menjadi sebesar US$49,5/BBLS (+25,2% dari tahun 2016) untuk harga minyak dan US$5,5/MMBTU (+31,9% dari tahun 2016) untuk harga gas. Biaya per Unit mencapai $8,1/BOE sesuai komitmen untuk mempertahankan biaya per unit di bawah $10/BOE.
Pencapaian produksi Minyak dan Gas pada 2017 sebesar 88,3 MBOEPD atau 38,3% lebih tinggi dibandingkan sembilan bukan pertama di tahun 2016. Produksi minyak perseroan hingga akhir September 2017 sebesar 35,5 MBOPD dan
produksi gas sebesar 283,6 MMSCFD.
Peningkatan produksi didorong oleh performa yang baik dari South Natuna Sea Block B setelah diakuisisinya asset ini pada triwulan keempat 2016 serta berlanjutnya penjualan gas yang cukup tinggi dari aset di Senoro. Pembangunan di Blok A, Aceh juga terus berjalan dengan baik dengan konstruksi keseluruhan mencapai 66,7% pada November 2017 dengan Central Processing Plant sekarang hampir 90% selesai.
Perseroan juga mencatat laba bruto sebesar of US$300,2 juta dengan marjin laba bruto sebesar 50,2%. Perseroan terus menitikberatkan cash costs sebagai fokus, di mana unit cash costs yang tercatat selama sembilan bulan di tahun 2017 sebesar US$8,1/BOE, sesuai dengan komitmen perseroan untuk di bawah US$10/BOE sampai dengan 2020.
EBITDA meningkat sebesar 72,6% dibandingkan tahun lalu menjadi US$310,9 juta, dengan perbaikan pada marjin EBITDA menjadi 52,0% dibandingkan 46,0% pada akhir September 2016.
Net debt to EBITDA yang dianualisasi menjadi sebesar 4,1x (tidak termasuk kas yang dibatasi penggunaannya sebesar US$85 juta), di bawah 6,3x pada tahun 2016 dan terendah sejak 2014.
Hilmi Panigoro, Presiden Direktur, cukup puas dengan kinerja MedcoEnergi hingga triwulan 3 2017. "Saya senang dengan hasil keuangan sembilan bulan ini, karena kami terus memberikan apa yang kami janjikan kepada para investor. Dengan suksesnya penyelesaian rights issue, kami dapat memperkuat struktur permodalan kami ke depan dan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham,”ujarnya.
Selain itu, Perseroan baru-baru ini meningkatkan kepemilikan efektifnya di perusahaan afiliasi Medco Power Indonesia ("MPI"), dari 49,0% menjadi 88,6%. MPI adalah produsen IPP yang saat ini mengoperasikan lebih dari 526MW kapasitas terpasang gross, seiring dengan operasi komersial pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla Unit 1 pada bulan Maret 2017 dan Unit 2 pada bulan Oktober 2017. Posisi keuangan MPI akan dikonsolidasikan mulai periode Q4 2017 kedepan.
Afiliasi pertambangan Perseroan, PT Amman Mineral Nusa Tenggara ("AMNT") juga terus mencatatkan kemajuan yang baik di pengembangan pabrik peleburannya dengan menyelesaikan studi kelayakan dan semakin mendekati penyelesaian rencana refinancing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News