Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) tercatat mayoritas masih positif per kuartal III-2024 di tengah penurunan produksi.
Misalnya, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mencatatkan penjualan Rp 2,92 triliun per kuartal III 2024, sama dengan periode sama tahun lalu. Hal ini disebabkan penurunan volume penjualan yang sebagian diimbangi oleh kenaikan harga jual rata-rata produk sawit.
Meski demikian, Laba bersih LSIP naik 76% yoy menjadi Rp 803 miliar, terutama karena kenaikan laba usaha,” ujar manajemen LSIP dalam keterbukaan informasi.
Baca Juga: Emiten CPO Bukukan Kinerja Positif di Kuartal III-2024, Cek Rekomendasi Sahamnya
Demikian juga PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengantongi pendapatan bersih Rp 16,28 triliun per kuartal III 2024, naik 3,86% yoy dari Rp 15,68 triliun per kuartal III 2023. Sementara, laba bersih juga naik tipis 0,07% yoy ke Rp 801,15 miliar pada periode ini.
Hal serupa juga terjadi pada PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN) yang mencatatkan laba bersih Rp 393,90 miliar per kuartal III 2024, naik 68,19% yoy. TLDN membukukan kenaikan laba bersih di tengah penurunan tipis pendapatan sebesar 0,58% yoy ke Rp 2,86 triliun di akhir September 2024.
Namun, tak semua emiten mencatatkan kinerja bagus di periode ini. Contohnya, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mencatatkan pendapatan Rp 3,48 triliun per kuartal III 2024. Laba bersih perseroan pun tercatat Rp 247,27 miliar di akhir September 2024, turun 41,42% yoy.
Terkait hal itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja emiten CPO di kuartal III 2024 didorong oleh permintaan minyak sawit yang relatif membaik.
Baca Juga: Kinerja Emiten CPO Masih Lemah di Kuartal I 2024, Cek Rekomendasi Sahamnya
“Hal itu didorong oleh penurunan suku bunga bank sentral yang diprediksi akan meningkatkan harga komoditas, termasuk CPO,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (31/10).
Selain itu, perekonomian para negara importir besar CPO, seperti China dan India, juga tengah pulih. “Sementara, pertumbuhan ekonomi India relatif lebih baik, sehingga bisa meningkatkan permintaan CPO,” paparnya.
Di sisa tahun 2024 hingga 2025, kinerja emiten CPO masih bisa positif karena dikerek oleh rencana penerapan biodiesel 50% alias B50. Jika kebijakan ini diterapkan, serapan produk CPO di pasar domestik pastinya akan meningkat.
Nafan pun merekomendasikan add untuk AALI dengan target harga terdekat Rp 7.075 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan, beberapa emiten sawit yang sudah merilis laporan keuangan di kuartal III 2024, seperti TAPG, DSNG, SGRO, dan AALI menghasilkan laba bersih yang tumbuh positif. Meskipun, pertumbuhan laba bersih AALI masih tumbuh terbatas.
Baca Juga: Emiten CPO Sudah Merilis Kinerja Kuartal I 2024, Bagaimana Rekomendasi Sahamnya?
Untuk sisa tahun 2024, kinerja emiten CPO masih bergantung terhadap bagaimana kondisi perekonomian China. Jika stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah China bisa mendorong konsumsi masyarakat mereka, bisa mendorong adanya peningkatan permintaan atas CPO.
Tetapi, perlu dilihat juga permintaan dari India setelah hari perayaan Deepavali yang kemungkinan akan menurunkan permintaan dari negeri itu. Walaupun begitu adanya pemotongan levy ini bisa diharapkan menaikkan laba bersih para emiten CPO.
Tonton: Pemerintah Akan Memburu Pengusaha Sawit Nakal Pengemplang Pajak
“Adanya program B40 yang akan dilakukan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto juga bisa menjadi pendorong permintaan CPO, meskipun memang perlu diperhatikan lagi bagaimana skema yang berlaku,” paparnya.
Sementara itu, pergerakan harga saham emiten CPO juga akan bergantung pada bagaimana kinerja dari keuangan perusahaan, serta strategi yang bisa menggenjot kinerja pendapatan.
Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) Raih Laba Rp 868 Miliar Hingga Kuartal III-2024
Melansir RTI, kinerja saham TAPG naik 69,72% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Kinerja saham SGRO naik 1,49% YTD, saham TLDN naik 24,44%, dan saham LSIP naik 37,64% YTD. Sementara, AALI malah mencatatkan turun 3,56% YTD.
Azis pun merekomendasikan trading buy untuk LSIP dan TAPG dengan target harga masing-masing Rp 1.305 per saham dan Rp 975 per saham.
Selanjutnya: Cek Prakiraan Cuaca BMKG Yogyakarta Hari Ini, 1 November dan Besok
Menarik Dibaca: 5 Website Ini Sediakan Template Presentasi Gratis Loh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News