Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal Indonesia menyambut positif era kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Meski demikian, terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan agar dampak positif ini berkelanjutan.
Founder Syariah Saham Asep Muhammad Saepul Islam mengatakan bahwa dari sudut pandang investor, kepemimpinan Prabowo dapat berdampak positif apabila stabilitas politik dan keamanan bisa terjaga, serta kebijakan ekonomi lebih pro-investasi.
Baca Juga: Dipimpin BBRI dan BMRI, Cek 10 Saham Net Sell Terbesar Asing dalam Sepekan
“Rekam jejak Prabowo sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan stabilitas, yang menjadi faktor penting untuk menarik investor asing maupun domestik,” ujarnya, Rabu (25/10).
Menurut pria yang akrab disapa Mang Amsi, pertumbuhan ekonomi nasional dalam lima tahun ke depan berpotensi positif jika fokus kebijakan ekonomi diarahkan pada pengembangan infrastruktur, digitalisasi, dan peningkatan daya saing industri nasional.
Meski demikian, risiko dari faktor politik dan hukum global seperti ketidakpastian perdagangan internasional serta ketegangan geopolitik masih harus diwaspadai.
Mang Amsi menambahkan, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% cukup ambisius, namun dapat dicapai apabila ada keberhasilan dalam program investasi infrastruktur dan reformasi ekonomi yang mampu meningkatkan produktivitas nasional.
Baca Juga: Menilik Proyeksi Investor Soal Iklim Investasi di Era Kepemimpinan Prabowo
Sementara itu, investor Kartika Sutandi atau Tjoe Ai melihat modal awal yang positif di era pemerintahan baru ini dengan susunan kabinet yang dipimpin oleh Sri Mulyani, Erick Thohir, Budi Gunadi Sadikin, dan Luhut Binsar Pandjaitan.
Kehadiran mereka dianggap menandakan keberlanjutan kebijakan ekonomi, sesuai dengan optimisme investor asing.
Tjoe Ai juga menyoroti rendahnya likuiditas di pasar modal Indonesia. Dia membandingkan, di China, transaksi saham mencapai Rp 10 triliun per hari untuk satu saham, sementara di Indonesia nilai tersebut berlaku untuk seluruh pasar.
Dia berharap pemerintah dapat mendorong peningkatan likuiditas, salah satunya melalui alokasi dana pensiun di ekuitas yang saat ini terus turun sejak kasus Jiwasraya.
Dari sisi sektor investasi, Mang Amsi merekomendasikan sektor batubara dan kelapa sawit (CPO) untuk jangka pendek, dengan potensi peningkatan terkait revisi royalti dan penurunan tarif CPO.
Baca Juga: CORE Indonesia: Kejelasan Kebijakan Pemerintah Kunci Utama Menarik Investasi Asing
Sektor infrastruktur dan energi terbarukan juga memiliki prospek yang menjanjikan di era pemerintahan baru.
Program pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas yang dicanangkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan emiten di sektor tersebut.
Selain itu, energi terbarukan memiliki potensi cerah dengan peningkatan kesadaran global terhadap keberlanjutan.
Emiten yang terlibat dalam proyek infrastruktur besar atau perusahaan energi yang fokus pada solusi ramah lingkungan dapat menjadi pilihan utama untuk investasi jangka panjang.
Secara umum, Mang Amsi memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini berada di kisaran 7.800-8.000. Pada tahun depan, jika asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 8% tercapai, IHSG diperkirakan akan bergerak di rentang 8.400-8.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News