Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum lama ini, Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa Facebook Inc berganti nama menjadi Meta. Hal ini sejalan dengan tujuannya untuk mengembangkan dunia metaverse sendiri.
Kabar ini sontak menjadi katalis positif untuk aset kripto berbasis metaverse yang tercermin dari kenaikan harganya pasca pengumuman tersebut. Beberapa di antaranya adalah The Sandbox dengan token SAND yang menguat dari US$ 3 menjadi US$ 6,5 dalam sebulan terakhir. Koin ini bahkan mencetak All Time High (ATH) pada 25 November dengan mencapai US$ 8,4.
Selain itu, ada juga Axie Infinity (AXS) yang melonjak dari US$ 60an menjadi US$ 160 pada puncak tertingginya. Walau saat ini harganya sudah berangsur turun ke US$ 139. Lalu, ada juga token Decentraland (MANA) yang naik tajam dari US$ 0,8 menjadi US$ 5 dan kemudian terkoreksi lagi ke kisaran US$ 4.
Baca Juga: Mengenal lebih jauh aset kripto bertemakan metaverse
Kendati begitu, Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir menyebut kenaikan harga aset tersebut masih berbasis hype semata. Pasalnya, secara adopsi teknologi masih tidak begitu tinggi walaupun tingkat transaksi yang cukup besar telah terjadi.
“Jadi untuk investor alangkah lebih baik untuk berhati-hati atas hype yang telah dibangun mengingat aset berhubungan dengan metaverse saat ini sudah terapresiasi sangat tajam dalam kurun waktu satu bulan terakhir,” kata Christopher ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/12).
Sementara jika dilihat secara prospeknya di masa mendatang, Christopher tak menampik aset kripto berbasis metaverse bisa saja baik. Namun, dia juga mengingatkan bahwa basis valuasinya sebenarnya juga masih sangat buram karena adopsi dan kegunaannya juga masih belum cukup jelas.
Baca Juga: Pasar wait and see, harga Bitcoin belum bergerak dari US$ 56.000-US$ 57.000
Ia mencontohkan bagaimana secara teknologi beberapa aset kripto metaverse yang menawarkan fitur menyimpan aset digital seperti tanah digital dan bangunan digital sudah ada ada dan berjalan. Sayangnya, teknologi ini masih jarang diadopsi pula walau perlahan pengguna dalam metaverse ini sudah mulai ramai dan meningkat belakangan ini.
“Tentunya kurang bijak jika membeli koin utilitas maupun koin governance hanya karena peningkatan adopsi penggunaannya. (Aset kripto metaverse) yang sedang membonceng hype ini boleh dimanfaatkan trader jangka pendek, namun untuk jangka panjang, alangkah lebih baik untuk lebih berhati-hati,” ujarnya.
Terkait beberapa aset kripto metaverse yang menarik, Christopher menyebut investor sebaiknya lebih baik menunggu direalisasikannya proyeknya serta menunggu konsep tokenomics yang lebih jelas dahulu. Hal tersebut jauh lebih baik daripada berbondong-bondong masuk di tengah hype yang sudah dibangun.
Baca Juga: Bitcoin hingga Dogecoin merah, harga 2 mata uang kripto ini melonjak di atas 10%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News