Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Penurunan outlook peringkat Indonesia oleh lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) sempat menekan pasar surat utang negara (SUN) di akhir pekan lalu. Harga obligasi negara pada Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Indonesia Goverment Bond Index (IGBI) Clean Price Index tercatat turun 0,47% dibanding perdagangan sebelumnya menjadi 195,56 pada Jumat (3/5).
Data IBPA menunjukkan, IGBI effective yield index naik 0,03% menjadi 5,75%. Akibatnya, seluruh harga SUN seri acuan turun (lihat tabel). Penurunan mulai terlihat sejak, Kamis (2/5).
Analis NC Securities I Made Adi Saputra menduga, tekanan pasar SUN akan tertahan oleh data makro yang bagus. Inflasi yang mulai turun dan surplus neraca perdagangan US$ 304,9 juta di Maret 2013, mengakibatkan koreksi pasar SBN hanya akan berlangsung jangka pendek. "Harga SUN terkoreksi setelah pernyataan S&P. Tapi, koreksi yang terjadi di pasar masih wajar karena juga disebabkan adanya akumulasi kekecewaan investor mengenai rencana kenaikan bahan bakar minyak yang tertunda lagi," kata Made.
S&P menurunkan outlook Indonesia dari positif ke stabil dengan peringkat tetap BB+. Menurut Made, tekanan pasar bisa membawa sentimen negatif bagi investor asing sehingga lari dari pasar SUN secara bertahap.
Namun, kekhawatiran tersebut belum terlihat. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, total dana asing di SUN justru naik tipis menjadi Rp 299,66 triliun pada 2 Mei dibanding hari sebelumnya. Dalam dua pekan terakhir, asing pun terus menambah portofolio SUN.
Perubahan outlook juga belum tampak dari sisi angka credit default swap (CDS). Angka CDS yang menunjukkan premium yang diminta investor atas surat utang Indonesia malah turun. CDS 10 tahun Indonesia turun dalam dua hari terakhir ke angka 187 basis poin. CDS ini pun turun dibanding angka tertinggi tahun ini 232 basis poin.
Di tengah kondisi saat ini, Made merekomendasikan agar investor merealisasikan keuntungan untuk mencegah kerugian lebih dalam. "Setelah itu, investor bisa bersiap masuk kembali saat harga sudah turun cukup dalam. Jadi, sebaiknya mencermati pergerakan harga dulu," kata Made.
Analis Danatama Millenium Asset Magement, Desmon Silitonga mengatakan, penurunan outlook oleh S&P menjadi pendorong tekanan harga SUN setelah sebelumnya tertekan akibat kenaikan inflasi. Menurut Desmon, penurunan harga SUN akan terasa di pasar sekunder. "Di pasar perdana mungkin tidak terlalu berpengaruh karena asing masih meminati obligasi pemerintah. Sedangkan investor lokal, sebagian besar merupakan perbankan yang biasanya long term," kata Desmon.
Desmon memperkirakan, penurunan harga SUN tersebut hanya akan terjadi pada jangka pendek. Menurut Desmon, tekanan harga SUN akan mereda bila pemerintah bisa menjaga ekspektasi inflasi dengan kebijakan yang terukur. "Itu yang akan menentukan arah pasar obligasi," kata Desmon.
Harga SBN Acuan | |||
Seri | Tenor | 02/05/13 | 03/05/13 |
FR0066 | 5 tahun | 101.644 | 101.536 |
FR0063 | 10 tahun | 100.813 | 100.517 |
FR0064 | 15 tahun | 99.970 | 99.350 |
FR0065 | 20 tahun | 102.128 | 101.350 |
sumber: IBPA |
Dana asing di SBN | ||
(dalam Rp triliun) | ||
Tanggal | Dana asing | Porsi |
22/4/13 | 289,05 | 33,46% |
23/4/13 | 289,56 | 33,51% |
24/4/13 | 290,36 | 33,61% |
25/4/13 | 293,33 | 33,54% |
26/4/13 | 294,66 | 33,69% |
29/4/13 | 295,40 | 33,78% |
30/4/13 | 298,72 | 34,16% |
01/05/13 | 299,25 | 34,22% |
02/05/13 | 299,66 | 34,26% |
sumber: DJPU |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News