Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
Menjaga likuiditas juga dinilai Farash sebagai pilihan tepat untuk investasi jangka pendek saat ini. Ia merekomendasikan untuk mengalokasikan 80% ke pasar uang dan 20% sisanya ke obligasi. Menurutnya, saat ini investor sebaiknya memilih instrumen dengan imbal hasil paling stabil seperti reksadana pasar uang.
“Selain itu, imbal hasil reksadana pasar uang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito atau memegang cash. Sementara untuk obligasi, investor bisa memilih menggunakan ETF obligasi untuk memudahkan transaksi secara online, spread bid offer yang tidak lebar, ditambah pajaknya pun lebih rendah,” kata Farash.
Baca Juga: IHSG diperkirakan melemah setelah Lebaran, ini sebabnya
Sementara untuk jangka panjang, baik Farash atau Toufan sama-sama merekomendasikan untuk masuk ke saham atau reksadana saham yang dari segi valuasi sudah sangat murah. Terlebih, Toufan melihat pada kuartal IV-2020 kinerja emiten akan mulai membaik.
Oleh karena itu, untuk jangka panjang Toufan menilai, alokasi yang cukup ideal adalah 50% pada reksadana saham atau dapat juga dikombinasikan dengan portofolio saham untuk investor berprofil risiko agresif. Lalu 30% pada SUN dengan tenor panjang atau reksadana pendapatan tetap. Sementara sisanya 20% pada reksadana pasar uang.
Sedangkan Farash merekomendasikan untuk jangka panjang sebesar 80% pada reksadana saham dan 20% sisanya pada obligasi atau reksadana pendapatan tetap.
Baca Juga: Mau mulai investasi saat pandemi, perhatikan empat syarat berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News