kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.404   -16,00   -0,10%
  • IDX 7.123   28,70   0,40%
  • KOMPAS100 1.037   6,35   0,62%
  • LQ45 808   5,59   0,70%
  • ISSI 223   0,47   0,21%
  • IDX30 422   2,38   0,57%
  • IDXHIDIV20 502   0,52   0,10%
  • IDX80 117   0,70   0,61%
  • IDXV30 119   -0,15   -0,12%
  • IDXQ30 138   0,32   0,23%

Masih tertekan, simak prospek IDX ESG menurut analis


Rabu, 03 November 2021 / 21:59 WIB
Masih tertekan, simak prospek IDX ESG menurut analis
ILUSTRASI. Masih tertekan, simak prospek IDX ESG menurut analis


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indeks saham bertema hijau (green index) cenderung menurun sejak awal tahun. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX ESG Leaders melorot 1,53% year to date (ytd).

Sebaliknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada dalam tren bullish dengan kenaikan 9,58% ytd. Padahal konstituen Indeks ESG berisikan perusahaan berkapitalisasi pasar jumbo dan memiliki penilaian Environmental, Social & Governance yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan.

Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana, mencermati indeks ESG tertinggal lantaran di dalamnya tidak terdapat saham teknologi dan digital yang menjadi pendorong IHSG. "Karena fokus pada saham big caps yang belum bergerak yang mengakibatkan indeks tertinggal.

Melihat lebih jauh, dari 30 emiten di dalam indeks itu sebanyak 15 emiten mencatatkan kenaikan harga saham dan 15 emiten mencatatkan penurunan harga saham sejak awal tahun.

Baca Juga: IHSG menguat, asing mencatat net sell terbesar pada saham-saham ini

Hanya saja, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melihat penurunan cenderung pada saham yang memiliki bobot besar sehingga memberatkan indeks ESG.

"Seperti UNVR dan HMSP yang menjadi pemberat indeks," tambahnya.

Wawan melanjutkan, secara prospek indeks ESG masih berpotensi mengalami kenaikan. Sebabnya, pemerintah telah melonggarkan PPKM secara bertahap dan juga pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

Selain itu, dalam pertemuan G20 juga memiliki komitmen untuk memperhatikan green energy. Menurut Wawan, sentimen itu akan inline dengan indeks ESG.

"Walaupun Jokowi mendorong aturan emiten untuk lebih fokus pada green energy, setidaknya emiten di dalam indeks ESG sudah lebih siap dibandingkan emiten lainnya," sebutnya.

Baca Juga: IHSG ditutup menguat, asing borong saham-saham ini pada Rabu (3/11)

Dari sana, ia memproyeksikan indeks ini bisa ditutup di zona hijau pada akhir tahun nanti walaupun tipis. "Potensi selalu ada untuk berada di zona hijau, tetapi tipis sebab IHSG sendiri masih menunggu tapering," lanjutnya.

Dia mengekspektasikan pada akhir tahun IHSG berada di 6.700-6.800 dengan adanya windows dressing. Dengan demikian, indeks ESG masih memiliki peluang untuk mengejar ketertinggalannya.

Selain itu, sampai dengan kuartal III beberapa emiten indeks tersebut telah merilis laporan keuangannya dan membukukan perbaikan kinerja. Selain itu, pihaknya mengekspektasikan pada November ini tingkat inflasi meningkat dan juga pertumbuhan ekonomi akan membaik dari bulan sebelumnya sehingga ia menilai sentimen tersebut dapat mendongkrak indeks tersebut.

Dari 30 emiten itu sendiri, Infovesta menjagokan beberapa emiten saham perbankan seiring pemulihan ekonomi. Lalu, saham telekomunikasi seperti TLKM seiring IPO mitratel sehingga akan mendapatkan uang segar yang besar, dan saham tower yang merupakan saham defensif, serta FMCG seiring windows dressing. Sementara Nico merekomendasikan ASSA, BBCA, BBRI, BBNI, dan SCMA.

Selanjutnya: IHSG naik 0,91% ke 6.552 pada perdagangan Rabu (3/11), asing beli KLBF, BMRI, BBRI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×