Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Namun, Alfred melihat, opsi menambah pinjaman sudah tidak memungkinkan. PMN bisa dilakukan, tetapi prosesnya sulit dan jumlahnya sangat terbatas.
“Sehingga, divestasi aset menjadi pilihan yang rasional untuk keluar dari masalah likuiditas dalam waktu yang lebih cepat,” paparnya.
Di saat yang bersamaan, modal kerja bagi Perusahaan Konstruksi sangat signifikan dalam menambah atau mengerjakan proyek.
Sebab, sebuah perusahaan konstruksi butuh likuiditas (Kas) dan leverage (rasio utang) yang baik yang sewaktu-waktu bisa menjadi cadangan likuiditas melalui pinjaman.
Baca Juga: Waskita (WSKT) Selesaikan Proyek Bendungan Karian, Jokowi Lakukan Peresmian
Namun, saat ini kondisi leverage BUMN Karya sangat berat mencari pinjaman dari kreditur. Alfred melihat, hal ini menjadi risiko perusahaan BUMN.
“Saat mereka harus melakukan divestasi aset, ternyata pelaksanaan banyak ditentukan oleh banyak faktor eksternal. Kesannya ini bukan karena pertimbangan kehati-hatian (Prudent), tetapi menurut saya lebih ke pertimbangan politis,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News