Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terdampak data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan. Rupiah masih diliputi tekanan suku bunga jelang rapat Bank Indonesia (BI) pada Kamis (16/2).
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mencermati bahwa terdapat beberapa sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah, baik dari eksternal maupun internal.
Rilis inflasi AS yang menunjukkan penurunan ke level 6,4% di Januari 2023, tidak mampu membuat rupiah terapresiasi. Di sisi lain, dolar AS menguat di hadapan sejumlah mata uang.
Reny bilang, pasar kurang merespons positif yang berharap penurunan inflasi AS lebih dalam ke 6,2%. Begitu pula inflasi inti AS yang hanya turun ke 5,6%, lebih tinggi dari konsensus di 5,5%.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,25% ke Rp 15.194 Per Dolar AS Pada Rabu (15/2)
The Fed menegaskan bahwa level inflasi saat ini masih di atas target 2%. Dengan kata lain, kenaikan suku bunga kemungkinan masih akan dilanjutkan menuju terminal rate di kisaran 5% - 5,25% di tahun ini.
"Perkembangan ini dapat kembali menekan rupiah dalam jangka pendek," ucap Reny kepada Kontan.co.id, Rabu (15/2).
Dari dalam negeri, lanjut Reny, pelaku pasar merespons rilis data perdagangan domestik yang mengalami surplus. Namun, pasar akan wait and see terhadap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI untuk besok, Kamis (16/2). BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diekspektasikan bakal tetap dipertahankan pada level 5,75%.
Chief Analist DCFX Futures Lukman Leong menambahkan bahwa investor tengah menanti RDG BI. Meskipun, Bank Indonesia kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga, namun investor akan mencermati pernyataan dari BI.
"Rupiah juga diperkirakan masih tertekan oleh penguatan dolar AS," kata Lukman kepada kontan.co.id, Rabu (15/2).
Sementara, pada perdagangan hari ini (15/2), Rupiah melemah di tengah sentimen risk-off di bursa dan penguatan dolar AS yang meluas terhadap semua mata uang sebagai respon atas data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini memicu kekhawatiran apabila The Fed akan tetap agresif dalam memerangi inflasi.
Lukman berujar, walau sempat sedikit rebound setelah data neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus lebih besar dari perkiraan pasar, namun dolar AS melanjutkan penguatan yang akhirnya menekan rupiah.
Baca Juga: Rupiah Spot Melemah 0,25% ke Rp 15.206 Per Dolar AS di Akhir Perdagangan Rabu (15/2)
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada periode Januari 2023 sebesar US$ 3,87 miliar. Ini menjadi surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Lukman memproyeksikan rupiah bakal bergerak di kisaran Rp 15.150 per dolar AS - Rp 15.250 per dolar AS di perdagangan Kamis (16/2). Sedangkan, Reny melihat pergerakan USD/IDR akan berkisar di Rp 15.183 per dolar AS - Rp 15.267 per dolar AS.
Pada perdagangan Rabu (15/2), rupiah spot ditutup melemah 0,25% ke level Rp 15.206 per dolar AS. Sejalan, Rupiah Jisdor BI melemah ke level Rp 15.194 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News