kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih dibayangi oversupply, simak rekomendasi saham untuk emiten semen


Rabu, 18 Desember 2019 / 22:33 WIB
Masih dibayangi oversupply, simak rekomendasi saham untuk emiten semen
ILUSTRASI. Industri semen tanah air masih dibayangi kondisi kelebihan pasok (oversupply).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri semen tanah air masih dibayangi kondisi kelebihan pasok (oversupply). Merunut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), oversupply semen dalam negeri berkisar 43 juta ton – 45 juta ton dimana tingkat utilitas pabrikan mencapai 60% -65%.

Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Antonius Marcos juga mengatakan bahwa tahun depan industri semen masih dalam kondisi oversupply.

Baca Juga: Anak usaha Golden Plantation pailit

Analis NH Korindo Meilki Darmawan mengatakan, memperkirakan masih berpotensi bertumbuh dari segi konsumsi semen domestik. Ia menilai, apabila konsumsi semen domestik hanya mengandalkan serapan dari proyek infrastruktur di 2020 maka industri semen hanya akan bertumbuh 1%-3% secara year-on-year (YoY).

“Jika di 2020 nanti pasar properti bisa membaik kemungkinan konsumsi semen domestik berpotensi meningkat 5%-7% YoY,” ujar Meilki kepada Kontan.co.id, Rabu (18/12).

Ia menilai, katalis positif terhadap industri semen hanya datang dari sektor properti. Sebab, konsumen di 2019 belum merespon relaksasi kebijakan loan to value (LTV).

Meilki mengestimasi, relaksasi LTV baru akan berdampak pada purchasing power di sektor properti pada kuartal II-2020 sehingga memungkinkan ada proyek-proyek baru yang nantinya akan membantu serapan bagi produk semen.

Baca Juga: Hingga November 2019, penjualan semen INTP tembus 14,6 juta ton

Dengan estimasi ini, maka kinerja dua emiten besar di Indonesia yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan Indocement Tunggal Prakarsa bisa bertumbuh sepanjang 2020 dengan masing-masing di level 3,1% dan 2,5% secara yoy.

Meilki melanjutkan, kondisi oversupply semen masih akan berlanjut hingga 2024. Dengan asumsi industri properti mulai kembali atraktif dari tahun 2020 maka akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi semen domestik di level 5%-7%.

“Jika kita proyeksikan pertumbuhan 5%-7% di tiap tahun, maka oversupply sekitar 30-40 juta ton masih akan terjadi hingga 2024,” terangnya.

Terkait strategi ekspor, Meilki menilai cukup efektif untuk meminimalisasi penjualan yang masih melemah di domestik. Namun, strategi tersebut hanya memiliki efek positif bagi SMGR yang memiliki pangsa pasar ekspor di Asia Pasifik.

Terakhir, Meilki merekomendasikan hold semua emiten semen dengan target harga Rp14.300 per saham untuk SMGR dan Rp21.000 per saham untuk INTP.

Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) yakin permintaan semen tahun depan akan membaik

Bukan tanpa alasan, sebab ia menilai eksposur emiten semen pada kondisi oversupply yang masih akan dihadapi pada 2020. Selain itu, valuasi emiten semen juga dinilai sudah premium (mahal) sehingga pergerakan harga saham emiten semen lebih besar untuk konsolidasi ketimbang naik dalam rentang satu tahun ke depan.

Pada perdagangan hari ini, saham INTP melemah 0,12% ke level Rp 20.000 per saham, saham SMGR ditutup menguat 1,83% Rp 12.500 per saham, saham Semen Baturaja (SMBR) ditutup melemah ke level Rp 464 per saham, dan saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) ditutup melemah ke Rp 1.195 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×