Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Meilki melanjutkan, kondisi oversupply semen masih akan berlanjut hingga 2024. Dengan asumsi industri properti mulai kembali atraktif dari tahun 2020 maka akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi semen domestik di level 5%-7%.
“Jika kita proyeksikan pertumbuhan 5%-7% di tiap tahun, maka oversupply sekitar 30-40 juta ton masih akan terjadi hingga 2024,” terangnya.
Terkait strategi ekspor, Meilki menilai cukup efektif untuk meminimalisasi penjualan yang masih melemah di domestik. Namun, strategi tersebut hanya memiliki efek positif bagi SMGR yang memiliki pangsa pasar ekspor di Asia Pasifik.
Terakhir, Meilki merekomendasikan hold semua emiten semen dengan target harga Rp14.300 per saham untuk SMGR dan Rp21.000 per saham untuk INTP.
Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) yakin permintaan semen tahun depan akan membaik
Bukan tanpa alasan, sebab ia menilai eksposur emiten semen pada kondisi oversupply yang masih akan dihadapi pada 2020. Selain itu, valuasi emiten semen juga dinilai sudah premium (mahal) sehingga pergerakan harga saham emiten semen lebih besar untuk konsolidasi ketimbang naik dalam rentang satu tahun ke depan.
Pada perdagangan hari ini, saham INTP melemah 0,12% ke level Rp 20.000 per saham, saham SMGR ditutup menguat 1,83% Rp 12.500 per saham, saham Semen Baturaja (SMBR) ditutup melemah ke level Rp 464 per saham, dan saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) ditutup melemah ke Rp 1.195 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News