Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham perbankan dinilai masih prospektif tahun ini meskipun tantangannya cukup berat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Dampak pandemi itu akan tercermin penuh pada kinerja keuangan bank di triwulan kedua, sedangkan di tiga bulan pertama tahun ini efeknya masih minim sehingga laba bank masih tergolong tumbuh baik.
Bank Mandiri yang paling buntut melaporkan kinerja berhasil menorehkan pertumbuhan net profit 9,4% di kuartal I 2020. Pertumbuhan itu didukung oleh peningkatan pendapatan berbasis fee dan komisi sebesar 23,9% jadi Rp 7,74% dan pertumbuhan kredit sebesar 14,2%.
Baca Juga: IHSG tembus level 5.000 hari ini (8/6), investor asing masih mencatatkan net buy
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir mengakui dampak Covid-19 masih kecil di tiga bulan pertama sehingga membuat kinerja perseroan masih solid. "Dampaknya baru akan mulai tercermin pada kuartal II 2020," ujarnya, Senin (8/6).
Di tengah tekanan Covid-19, Bank Mandiri fokus menjalankan bisnis dengan tiga strategi. Pertama, fokus melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur terdampak pandemi itu. Lalu, melakukan efisiensi internal dan akan tumbuh selektif pada sektor yang tidak terdampak Covid-19.
Kinerja bank diperkirakan baru akan berdarah-darah di kuartal II. Pukulan Covid-19 itu kemungkinan baru akan terasa sakit di triwulan tersebut mengingat restrukturisasi kredit baru marak sejak April.
BCA sebelumnya juga masih mencatat pertumbuhan keuntungan cukup bagus sepanjang Januari-Maret 2020 yakni 8,6% dan disertai kenaikan kredit dua digit 12,3%. Bank swasta lain bahkan ada yang mampu membukukan kenaikan laba dua digit. CIMB Niaga dan Danamon masing-masing tumbuh 11,8% dan 33%.
Baca Juga: Analis: Beragam sentimen menyelimuti, pergerakkan IHSG masih belum pasti
Dari pelat merah, BNI menorehkan laju laba bersih dan laju kredit masing-masing 4,3% dan 11,2%. BRI secara konsolidasi mengalami penurunan 0,36%, tetapi secara bank only masih tumbuh 2,34%. Penurunan laba bank ini lebih karena kontribusi kerugian anak usaha.
Menurut Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama, saham perbankan adalah salah satu yang paling prospektif saat ini. Alasannya, saham sektor itu termasuk siklikal. Sahamnya tertekan paling banyak saat ekonomi memburuk, tetapi akan menguat paling tinggi saat tanda-tanda pemulihan ekonomi muncul.
Ia melihat laba bank di kuartal II memang akan mengalami penurunan karena dampak Covid-19. Namun, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah diharapkan akan membantu penyaluran kredit membaik.
Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut menguat pada Selasa (9/6), ini sebabnya
"Pelonggaran itu jadi sentimen positif terhadap sahamnya karena pasar saham digerakkan oleh ekspektasi. Prospek saham bank ke depan akan semakin positif dengan catatan tidak terjadi Covid-19 gelombang kedua," kata Hans.
Untuk saham perbankan, Hans merekomendasikan saham BBRI, BBNI, dan BMRI karena fundamentalnya masih cukup bagus serta likuiditasnya paling kuat dalam menghadapi Covid-19.
Hans mematok target harga BBNI sampai akhir tahun di level Rp 5.600, BBRI Rp 3.200, dan BMRI Rp 5.400. Prospek bisnis BBCA menurutnya bagus, namun tidak merekomendasikan sahamnya karena harganya sudah terlalu mahal.
Baca Juga: IHSG tembus 5.070 terangkat lonjakan cadangan devisa
Sementara Suria Dharma Analis Samuel Sekuritas melihat prospek kinerja bank akan tertekan tahun ini karena kebijakan restrukturisasi yang dilakukan. Pendapatan dari pembayaran bunga yang seharusnya didapat tahun ini akan mundur.
Untuk saham perbankan, Suria merekomendasikan buy untuk saham BBNI, BMRI dan BBCA dengan target harga masing-masing Rp 7200, Rp 7.700, dan Rp 32.000. Sedangkan BBRI direkomendasikan dari buy jadi hold karena harganya sudah melewati target harga di level Rp 3.000.
Secara teknikal, Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia melihat resisten saham BBNI ada di Rp 4.600 dan target profit taking di harga sekitar Rp 4.900. Oleh karena itu, ia merekomendasikan jual secara bertahap sambil memantau pergerakan di kisaran Rp 4.600- Rp 4.900.
Baca Juga: IHSG melesat 2,48% menembus level 5.070 di akhir perdagangan Senin (8/6)
Untuk BBRI, Liza merekomendasikan jual di harga tinggi dan menyarankan profit taking untuk saham BMRI karena sudah berada pada target harga dari pola falling wedge di level Rp 5.100.
"BBTN saat ini sekitar Rp 1.160, saya masih rekomendasikan sell on stength. Jika mampu ditutup di atas Rp 1.170 baru akan membuat perbedaan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News