Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat di atas level 5.000 pada perdagangan, Selasa, (9/6). IHSG tercatat menguat 2,48% atau 122,779 poin ke level 5.070. Asal tahu saja, IHSG hari ini sempat menyentuh level puncaknya di 5.103. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak sebulan terakhir.
Analis Binaartha Sekuritas Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama berpendapatan, penguatan IHSG hari ini didorong oleh beragam sentimen baik dari global maupun dari dalam negeri.
Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut menguat pada Selasa (9/6), ini sebabnya
Sentimen dari global didorong oleh membaiknya permintaan sektor komoditas untuk menggerakkan proses industrialisasi global. Selain itu, ada juga kesepakatan OPEC untuk menstabilkan harga minyak dunia. Dari Amerika Serikat faktor pengereknya adalah data AS nonfarm payroll yang positif, di atas ekspektasi pasar.
Adapun sentimen dari dalam negeri yang mewarnai pasar adalah cadangan devisa Indonesia berpotensi meningkat. Pasar juga menyambut pembukaan kembali perekonomian. Adapun rupiah juga terlihat menguat hari ini.
IHSG masih akan menghijau di atas level 5.000 untuk perdagangan besok. Dalam risetnya Nafan menjelaskan, berdasar indikator, MACD, stochastic maupun RSI tetap menunjukkan sinyal positif.
Di sisi lain, ia masih terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi bullish continuation pada pergerakan IHSG. Sehingga, IHSG berpeluang menuju ke level resistance terdekat. Adapun level resistance besok berada di 5.172,37 hingga 5.233,17. Sementara level support-nya di 4.975,54 hingga 4.865,27.
Baca Juga: IHSG tembus 5.070 terangkat lonjakan cadangan devisa
Walaupun besok masih akan menguat, Nafan menjelaskan pergerakan IHSG setelahnya masih belum dapat dipastikan. "Semuanya tergantung sentimen," jelasnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (8/1).
IHSG berpotensi terus terkerek jika pasar diliputi sentimen positif seperti perbaikan kinerja pertumbuhan ekonomi karena pasar menyambut positif era new normal. Selain itu, adanya keyakinan pasar terhadap komitmen eksekutif dan legislatif dalam menyusun omnibus law.