kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Masih Bisa Tumbuh Tahun Ini, Simak Prospek Investasi Reksadana


Rabu, 22 Februari 2023 / 19:45 WIB
Masih Bisa Tumbuh Tahun Ini, Simak Prospek Investasi Reksadana
ILUSTRASI. Reksadana terus berkembang menjadi salah satu aset pilihan investasi.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana terus berkembang menjadi salah satu aset pilihan investasi. Reksadana memiliki pasarnya tersendiri sehingga tidak gampang tergerus oleh kemudahan yang ditawarkan dari instrumen investasi lainnya.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menjelaskan bahwa setiap produk dan aset memiliki peminatnya masing-masing. Setiap investor pun memiliki kebutuhannya masing-masing.

Berinvestasi langsung ke dalam aset-aset seperti saham atau obligasi, memang kini jauh lebih mudah dan murah. Jika masuk melalui perantara reksadana, investor mesti memperhitungkan biaya tambahan lainnya seperti administrasi ataupun pajak. Tetapi, reksadana memiliki pasar tersendiri yang sangat besar dan luas.

Eri bilang, ada beberapa keahlian dan pengetahuan yang perlu dimiliki agar dapat berinvestasi secara langsung secara optimal. Selain itu faktor ketersediaan waktu untuk berinvestasi secara aktif serta memantaunya juga tidak sedikit.

“Sehingga reksadana masih memiliki tempat dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya,” ujar Eri kepada Kontan.co.id, Rabu (22/2).

Baca Juga: Investasi Reksadana Diprediksi Masih Menarik, Ini Tantangannya pada Tahun 2023

Eri mengatakan, reksadana dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi (MI) dan juga diadministrasikan secara baik di bank kustodian. Ini membuat investor awam tetap dapat berinvestasi walaupun memiliki profesi lain atau kegiatan lain, tanpa harus memantau dan bertransaksi secara langsung.

Memang, industri reksadana tampak tertekan di tahun lalu salah satunya dari penurunan dana kelolaan atau asset under management (AUM). Namun bukan berarti banyak investor yang beralih dari reksadana ke aset-aset lainnya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan reksadana sudah berkurang sekitar Rp 71,76 triliun menjadi Rp 508,18 triliun di akhir 2022. Jumlah AUM tersebut merosot 12,37% dari posisi Desember 2021 yang sebesar Rp 579,95 triliun.

Menurut Eri, penurunan dana kelolaan reksa dana bisa dipengaruhi oleh berbagai hal seperti keadaan pasar, kondisi perekonomian, preferensi investor, dan faktor-faktor lainnya. Dana kelolaan reksadana yang kelihatannya turun itu pun sebenarnya mayoritas masih ditampung oleh Manajer Investasi (MI) dalam bentuk lain seperti Kontrak Pengelolaan Dana (KPD).

Baca Juga: Intip Prospek Investasi Reksadana di Tahun Ini

Jika menilik dari sisi investor, jumlah investor reksadana bahkan tidak hanya sekadar memiliki ceruk pasar tersendiri. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), mayoritas investor Single Investor Identification (SID) masih memilih reksadana.

Per Januari 2023, jumlah investor pasar modal berjumlah 10,48 juta investor atau tumbuh 1,65% dari posisi akhir tahun lalu sejumlah 10,31 juta investor. Sebanyak 9,77 juta investor memilih reksadana atau tumbuh 1,76% dari Desember 2022. Investor saham terpantau sebanyak 4,49 juta, sementara investor surat berharga negara sebanyak 848.330.

Aidil Akbar Madjid, Financial Planner and Crypto Enthusiast melihat adanya perbedaan karakteristik investor reksadana dan saham. Investor saham biasanya membeli saham dengan tujuan untuk trading dengan mencari keuntungan jangka pendek, sementara investor reksadana bertujuan untuk investasi jangka panjang.

Dia tak memungkiri bahwa imbal hasil bisa lebih baik apabila berinvestasi pada saham. Namun, untuk mencapai tahap pemahaman tersebut membutuhkan waktu untuk belajar, sehingga tidak sembarang orang bisa mendapatkan return.

"Mereka yang tidak punya waktu, tidak mengerti investasi secara detail, dan mungkin tidak punya uang dalam jumlah besar itulah pasarnya reksadana," imbuh Aidil saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (22/2).

Baca Juga: Kinerja Reksadana Pasar Uang Diprediksi Tetap Tumbuh pada Tahun 2023

Aidil menambahkan, secara pengelolaan pun berbeda karena reksadana merupakan investasi portofolio yang berisikan lebih dari satu aset. Seperti diketahui, dalam satu produk reksadana dapat memuat berbagai saham ataupun campuran antara obligasi dan saham.

Ke depan, industri reksadana diproyeksikan bisa terus bertumbuh seiring literasi keuangan yang meluas terutama dari kaum milenial. Masih banyak inovasi yang bisa dielaborasi dalam industri reksadana seperti penerbitan produk-produk baru.

Aidil menyarankan berinvestasi pada reksadana harusnya menentukan tujuan terlebih dahulu. Setelah tujuan ditetapkan barulah disesuaikan jangka waktu investasi yang ingin dicapai, lalu mencocokkan profil risiko dengan produk reksadana.

"Tujuan keuangan mesti ditentukan terlebih dahulu karena ini akan menentukan seperti apa pengelolaan keuangan," pungkas Aidil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×