Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi reksadana diprediksi masih menarik pada tahun 2023. Namun, instrumen reksadana menemui sejumlah tantangan.
Perencana Keuangan dari Zelts Consulting Ahmad Gozali mengatakan, saat ini pilihan investasi semakin beragam dengan semakin mudahnya akses masyarakat terhadap instrumen saham dan obligasi.
Tak hanya aksesnya yang lebih mudah, faktor penentu lain dari seberapa menariknya sebuah instrumen investasi adalah minimum initial investment.
Baca Juga: Intip Prospek Investasi Reksadana di Tahun Ini
“Semakin kecil nilai minimum Investmentnya, akan semakin menarik bagi investor pemula,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (22/2).
Meskipun begitu, Ahmad melihat, reksadana masih menemui tantangan di tahun 2023, terutama bagi pada pengelola reksadana.
Ahmad mengatakan, pengelola reksadana dituntut untuk memperbaiki kinerja Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit yang menjadi patokan keuntungan investor.
“Misalnya, saat ini ada banyak reksadana yang sudah lebih dari 10 tahun, tetapi NAB per unitnya masih sekitar Rp 1.000 – Rp 2.000. Hal itu menjadi patokan bagi investor seberapa baik kinerja reksadana,” katanya.
Baca Juga: Peralihan Aset Investasi, AUM Reksadana Pasar Uang Menurun Jadi Rp 88,7 Triliun
Menurut Ahmad, efek pembatasan investasi unit link pada reksadana akan berdampak pada Asset Under Management (AUM) reksadana tersebut.
“Semakin kecil AUM-nya, maka semakin terbatas kemampuan manajer investasi untuk bermanuver, sehingga kinerja reksadananya terpengaruh,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News