kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masih banyak tekanan di tahun ini, prospek LPPF dianggap kurang menarik


Senin, 01 Februari 2021 / 19:27 WIB
Masih banyak tekanan di tahun ini, prospek LPPF dianggap kurang menarik
ILUSTRASI. Pengunjung?berbelanja di gerai?Matahari Department Store di Jakarta, Kamis (29/10/2020). KONTAN/Fransiskus Simbiolon


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

Jika bicara sentimen positif, Robert menyebut katalis positif datang dari program vaksinasi yang bisa menambah jumlah pengunjung. Apabila vaksinasi berhasil, diharapkan kebijakan pembatasan akan semakin longgar dan bisa menambah jam operasional toko dan mall. Sehingga diharapkan bisa meningkatkan penjualan LPPF.

“Tapi jika program vaksinasi tidak berjalan sesuai harapan, tentu akan berbalik jadi sentimen negatif. Ditambah lagi, dengan LPPF yang merugi pada tahun lalu, artinya tidak akan ada dividen pada tahun ini sehingga membuat LPPF kurang menarik bagi investor,” jelas Robert.

Masih soal sentimen negatif, analis BRI Danareksa Sekuritas Andreas Kenny mengatakan aksi LPPF pada November 2020 kemarin yang melakukan pembelian 16,4% saham Bank Nobu senilai Rp 549,8 miliar. Kevin menilai aksi ini kurang tepat mengingat pembelian dilakukan pada situasi tengah pandemi serta LPPF dalam posisi net debt sebesar Rp 492 miliar.

Baca Juga: IHSG melonjak 3,50% ke 6.067 pada Senin (1/2), asing lepas BMRI, BBCA, ASII

“Akuisisi ini juga tidak berkaitan dengan sektor bisnis ritel. Terlepas dari peluang sinergi antara LPPF dengan Bank Nobu, dan juga potensi upside jika rencana digitalisasi Bank Nobu terbukti berhasil, nyatanya transaksi ini justru membuat banyak investor menjauh dari LPPF,” terang Kenny dalam risetnya pada 29 Desember 2021.

Dari segi kinerja, Kenny melihat seiring traffic pengunjung mall yang mulai mengalami peningkatan, pada akhirnya ikut mendorong perbaikan penjualan. Proyeksinya, penjualan LPPF pada kuartal IV-2020 akan naik 50% secara kuartalan menjadi Rp 1,67 triliun. Sementara dari sisi bottom line, LPPF berhasil mengurangi kerugian sebanyak 54,2% secara kuartalan menjadi Rp 118,5 miliar.

Dus, proyeksi Kenny pada tahun lalu LPPF akan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 5 triliun dengan membukukan rugi bersih senilai Rp 735 miliar. Sementara untuk tahun ini, ia meyakini kinerja LPPF bisa membaik dan membuat bottom line mereka akan kembali berada pada area positif. Ia memproyeksikan penjualan LPPF akan mencapai Rp 7,7 triliun dan mengantongi laba bersih sebesar Rp 511 miliar.

Baca Juga: IHSG menguat 1,50% ke 5.950 pada Senin (1/2) siang, jual bersih asing Rp 246 miliar

Walaupun mengalami perbaikan kinerja, Kenny merekomendasikan sell LPPF dengan target harga Rp 1.200 per saham. Menurutnya, sebaiknya investor perlu menunggu dan melihat bagaimana LPPF mengeksekusi inisiatif untuk mengembalikan keadaan pada tahun ini, serta perkembangan dari sinergi LPPF dengan Nobu. 

Sementara Willy dan Aurellia juga memberi rekomendasi sell dengan target price Rp 500 per saham berdasarkan 3.6x FY21E P/E, dan 1.5SD yang di bawah rata-rata tiga tahunnya. Lalu, Robert menyarankan investor untuk hold saham LPPF dengan target harga Rp 1.250 per saham.

Selanjutnya: Reksadana pendapatan tetap jadi reksadana berkinerja paling tinggi dalam sepekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×