Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan meredanya permasalahan Brexit, membawa poundsterling Inggris (GBP) menguat terhadap dollar Australia (AUD) pada penutupan perdagangan spot Rabu (6/3).
Mengutip data dari Bloomberg pukul 18:00 WIB, pasangan GBP/AUD terpantau menguat sebesar 0,50% di level 1.8695 dari posisi sebelumnya di level 1.8602.
Analis Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan jika penundaan pengambilan keputusan masalah Brexit dan gagalnya pemecatan Perdana Menteri Theresa May beberapa waktu lalu, mengangkat GBP terhadap beberapa mata uang. Tak hanya terlihat menguat di hadapan AUD, GBP juga terlihat menguat di hadapan Euro.
“Perekonomian Inggris, jika bisa dikatakan saat ini memang kurang bagus, namun meredanya masalah Brexit memicu sentimen positif,” tutur Wahyu pada Kontan, Rabu (6/3).
Inggris berencana meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, tetapi hingga saat ini masih belum memiliki kesepakatan yang mengatur syarat keluarnya, setelah parlemen memberikan suara pada Januari dengan 432 hingga 230 suara untuk menolak kesepakatan yang dicapai pada Mei 2018.
Akibatnya, May harus kembali membujuk parlemen untuk menyetujui rencananya, jika tidak maka Inggris harus kembali memutuskan untuk menunda Brexit atau tidak tercapainya kesepakatan apapun yang berimbas pada kelesuan perekonomian.
Sementara dari sisi ekonomi, pada perterngahan Februari GDP Inggris tercatat turun sebesar 0,2% menjadi -4%. Produksi manufaktur Inggris juga ikut turun ke level -0,7% dari -0,1%.
“Sejak Agustus 2015, GBP anjlok dari level 2.23, ke level 1.57 karena masalah Brexit. Hingga akhir 2016 dan juni 2017, adanya harapan masalah Brexit berakhir yang mampu mengangkat GBP di tengah perekonomian yang buruk,” tambah Wahyu.
Sementara dari sisi AUD yang melesu, Wahyu menyebut ketergantungan tinggi Australia pada China membawa negara kangguru tersebut ikut melemah.
“Ketegangan perang dagang antara AS dan China, telah menekan AUD sejak akhir Desember 2018. Hal ini bertambah buurk sebab Bank Sentral Australia memilih langkah netral. Namun jika perundingan perang dagang menghasilkan hal yang baik, dalam jangka pendek AUD ikut terkena imbas positifnya,” jelas Wahyu.
Perlambatan ekonomi yang dialami oleh China, juga akan berdampak buruk pada AUD sebab sektor ekspor Australia terhambat. Perlu diketahui pula jika AUD juga sangat sensitive terhadap komoditas.
“berbeda dengan keadaan di tahun 2016 – 2017 saat kondisi komoditas berada dalam posisi strong rebound, pada 2018 hingga kini komoditas mulai melempem, dan ini membuat AUD tertekan. Contohnya pada 21 Februari lalu, AUD jatuh sampai 1,1% dalam semalam karena pelabuhan Dalian, China melarang impor batubara Australia,” tambahnya.
Secara teknikal, pasangan GBP/AUD berada di MA 10,50,100,200. Sedangkan bands berada di posisi 20, RSI di area positif 12, stochastic 14,3 dan MACD di level 12,26. Wahyu merekomendasikan buy.
Dalam sepekan, Wahyu meramal pergerakan pasangan GBP/AUD berada di rentang 1.8300 – 1.9100. sementara besok pasangan GBP/AUD diproyeksikan bergerak di area 1.8600 – 1.8800, 1.8500 – 1.8900, 1.8400 – 1.9000. “Tren bullish akan berlanjut jika mampu menembus level 1.8814 seperti yang terjadi pada 3 Januari lalu,” kata Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News