Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Test Test
JAKARTA. Penjualan produk otomotif yang terus tumbuh menjadi berkah tersendiri bagi produsen ban. Alhasil, mereka pun tergoda untuk meningkatkan kapasitas pabriknya. Salah satu produsen ban yang sedang gencar meningkatkan kapasitas produksinya adalah PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA).
Produsen ban bermerek Archilles, Corsa, dan Strada ini akan mendatangkan 18 mesin baru pada bulan ini. "Kami menargetkan kapasitas 17.500 ban mobil per hari dan 8.000 ban sepeda motor per hari pada akhir 2008," kata Yohanes Ade Bunian Moniaga, Direktur Keuangan MASA.
Saat ini, kapasitas produksi MASA baru mencapai 13.000 ban mobil per hari dan 2.500 ban motor per hari. Memang, sebelumnya, MASA hanya memproduksi ban mobil. Namun, sejak tahun lalu, MASA mulai memproduksi ban sepeda motor. "Ban motor memiliki perputaran lebih cepat. Sekitar satu hingga satu setengah tahun harus ganti," kata Yoga Prakasa, Analis Danareksa Sekuritas. Sementara, penggantian produk ban mobil mencapai dua hingga tiga tahun. Yoga menghitung, permintaan ban mobil tumbuh 8% per tahun. Sayang, dia tak mempunyai data pertumbuhan penjualan ban motor.
Pada tahun 2007 lalu, MASA telah menguasai pangsa pasar (market share) ban mobil sebesar 6,2% atau terbesar ke empat di Indonesia. "Angka ini melampaui pasar Goodyear yang 5,5%," katanya. Posisi pertama masih ditempati oleh Bridgestone yang menguasai pasar 35,8%. Sedangkan posisi kedua dan ketiga dipegang oleh PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dengan pasar 26,5% dan Dunlop dengan market share 18,8%. Sementara MASA menguasai 0,5% pangsa ban motor.
Yoga melihat, penurunan harga minyak yang telah mendekati US$ 100 per barel bakal menjadi berkah tersendiri bagi MASA. "Harga bahan baku ban menjadi lebih murah," katanya. Padahal, menurut catatan Yoga, para produsen ban telah menaikan harga jualnya. "Ini akan membuat margin laba kotor semakin besar," katanya.
Asal tahu saja, ketika harga minyak masih tinggi, MASA bisa mencatatkan kinerja gemilang pada semester I-2008. Penjualan MASA tumbuh 63,13% jadi Rp 677,90 miliar pada periode itu. Sekitar 76% penjualan itu berasal dari penjualan ekspor. Sementara laba bersih MASA meroket 248% jadi Rp 54,14 miliar. "Kinerja semester satu itu memang tak terduga," kata Yoga. Apalagi, Yoga melihat, marjin laba kotor MASA mencapai 22,46% pada semester I-2008. Padahal, setahun lalu, margin laba kotor MASA hanya 15,45%. "Margin laba kotor MASA pada semester I-2008 tertinggi sejak IPO," kata Yoga lagi.
Karenanya, jangan heran jika manajemen MASA menargetkan penjualan Rp 1,4 triliun dan laba bersih Rp 80 miliar tahun ini. Padahal, MASA hanya meraup penjualan Rp 898,33 miliar dan laba bersih Rp 29,20 miliar pada tahun 2007 lalu.
Adi Wicaksono, Analis Kim Eng Securities bilang, target itu sejalan dengan perkiraannya. Adi meramal, MASA akan mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,3 triliun dan laba bersih Rp 92 miliar pada tahun ini. Namun, dia hanya merekomendasikan tahan untuk saham ini dengan target harga Rp 220 per saham. Adapun Yoga meramal, MASA akan mencatatkan penjualan Rp 1,3 triliun dan laba bersih Rp 80 miliar pada tahun ini. Yoga merekomendasikan beli untuk saham MASA dengan target harga Rp 318 per saham. Kemarin (11/9), harga saham MASA masih Rp 215 per saham
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News