kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masa depan ROTI masih nyam nyam...


Senin, 18 Februari 2013 / 13:52 WIB
Masa depan ROTI masih nyam nyam...
ILUSTRASI. Seorang petugas memperlihatkan logam mulia emas produksi Antam di gerai Pegadaian Galeri24, Jakarta. KONTAN/Fransiskus Simbolon ?


Sumber: Tabloid KONTAN | Editor: Ruisa Khoiriyah

JAKARTA. Sarapan roti boleh jadi bukan tradisi asli masyarakat Indonesia. Namun, gaya hidup yang serba-bergegas di zaman kekinian menuntut orang serbapraktis. Menyamil roti sebagai pengganjal perut kerap menjadi pilihan.

Di tengah tren gaya hidup seperti inilah, PT Nippon Indosari Corporindo Tbk menemukan momentumnya. Nippon Indosari menjadi satu dari sekian banyak emiten barang konsumsi yang kecipratan berkah dari booming kelas konsumen baru di negeri ini.

Demi mengejar momentum emas itu, tak heran produsen roti merek Sari Roti ini ekspansif menambah kapasitas produksi. Memasuki tahun 2013, kapasitas produksi Sari Roti akan bertambah 1,4 juta roti per hari disumbang dua pabrik baru di Makassar dan Palembang. Dua pabrik itudirencanakan mulai beroperasi Februari ini, melengkapi enam pabrik Sari Roti yang ada di Cikarang, Medan, Pasuruan, dan Semarang.

Hingga September 2012, total kapasitas produksi Sari Roti mencapai 2,7 juta roti per hari.    Akhir tahun ini, kapasitas produksi bisa dikerek menjadi
4,5 juta ton per hari. Perseroan ini menargetkan penjualan tahun ini bisa tumbuh di kisaran 30%, sedangkan laba bersih
ditargetkan naik 12% - 15%.

Agar target itu tercapai, emiten ini melanjutkan perluasan ekspansi pabrik. Untuk mendanai ekspansi, Nippon Indosari berniat menerbitkan obligasi senilai Rp 1 triliun. Emisi tahap pertama direncanakan pada semester II 2013 senilai Rp 500 miliar.

Direktur Keuangan Nippon Indosari Yenni Husodo menuturkan, selain untuk  mendanai ekspansi, Nippon Indosari akan memakai dana hasil emisi obligasi itu untuk membayar utang. Namun, dia enggan mengungkap utang yang hendak dilunasi. “Tunggu hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) 28 Februari nanti,” elaknya.

Emiten ini juga belum memastikan siapa underwriter yang akan ditunjuk dalam hajatan tersebut.

Rasio utang masih aman

Untuk pendanaan ekspansi pabrik, Yenni menjelaskan, perusahaannya mengincar pembangunan lebih banyak pabrik di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. “Untuk Kalimantan, lokasinya masih kami cari. Yang jelas di kawasan industri,” kata Yenni.

Sebelumnya, Nippon Indosari mengungkapkan tengah merintis pembangunan tiga pabrik baru di Pekanbaru, Balikpapan, dan Cikarang. Pendanaannya  antara lain dari utang PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 220 miliar, yang diperoleh pada Desember  lalu.

Analis AAA Securities Adolf Sutrisno menilai, wajar jika ROTI memutuskan emisi obligasi untuk mendukung ekspansi. Selain tiga pabrik yang pendanaannya mengandalkan kredit bank, mereka juga hendak membangun dua pabrik lagi. “Target mereka adalah
merambah seluruh pasar di Indonesia,” jelas Adolf.

Kredit bank dan surat utang menjadi solusi mengingat posisi kas perseroan per 30 September 2012 lalu cuma Rp 22,2 miliar.

Ekspansi yang gencar telah mengerek posisi utang Nippon Indosari. Hingga akhir kuartal III-2012, kewajiban Nippon Indosari mencapai Rp 399,51 miliar. Rinciannya, kewajiban jangka pendek Rp 140,62 miliar dan kewajiban jangka panjang Rp 258,89 miliar.

Sebanyak Rp 216,1 miliar merupakan utang bank jangka panjang. Dus, utang bank jangka panjang ini melejit 553% dalam tempo setahun. “Tapi, debt to equity ratio (DER) yaitu total utang berbunga mereka dibagi ekuitas, aman di 35,2%,” kata Adolf.

Rasio DER yang terbilang level bahaya adalah di kisaran 50%. Oleh karena itu, menurut Adolf, agresivitas emiten bersandi ROTI ini sah-sah saja, justru positif untuk mendukung kinerja di masa mendatang. Dia memprediksikan, bunga obligasi ROTI berkisar 8,5%-9%.

“Beban utang mereka, meski meningkat, levelnya masih aman. Terlebih, perusahaan juga terus berproduksi,” ujar Reza Priyambada, analis Trust Securities.

Laba tumbuh kencang

Ekspansi dan promosi yang agresif sejak tahun lalu memang berimbas pada penurunan margin laba usaha Nippon Indosari. “Margin laba usaha ROTI pada kuartal III-2012 turun menjadi 15,8%, dari 16,1% pada kuartal III-2011,” catat Adolf.

Maklum, beban operasional emiten ini melonjak 67,8% dari Rp 160 miliar menjadi Rp 268 miliar. Rinciannya, biaya iklan dan promosi melesat 92,4% dari Rp 39,18 miliar menjadi Rp 75,40 miliar sementara beban penjualan meningkat 69% dari 134,39 miliar menjadi Rp 227,19 miliar. Alhasil, margin laba bersih pun terpangkas dari 12,8% menjadi 11,3%.

Tapi, para analis optimistis,  Nippon Indosari akan memetik buah dari ekspansi dan promosi tersebut tahun depan. Apalagi, emiten ini mengimbangi ekspansi produksi dengan inovasi produk. “Tahun ini, mereka akan menggarap segmen snack dan produk roti premium dengan daya tahan produk lebih panjang yaitu enam bulan,” ungkap Adolf.

Dia memprediksikan, penjualan ROTI tahun ini bakal mencapai Rp 1,55 triliun atau naik 38% dari proyeksi penjualan 2012, sebesar Rp 1,12 triliun. Adapun, laba bersih tumbuh 43% menjadi Rp 196 miliar, dari proyeksi laba bersih 2012, senilai Rp 137 miliar.

Alhasil, ia merekomendasi beli saham ROTI dengan target harga Rp 6.500 per saham. Angka ini mencerminkan 33,7 kali laba bersih per sahamnya.
Sementara, analis Standard Chartered Stephen Hui menaikkan rekomendasikan dari underperform menjadi in-line. Adapun, target harga ia naikkan dari Rp 5.319 per saham menjadi Rp 6.126 per saham. Angka ini mencerminkan 24 kali proyeksi laba bersih per saham ROTI pada 2014. “Kami masih melihat ROTI sebagai brand yang kuat, tapi kami mewaspadai tekanan margin dan kompetisi,” tulis Hui dalam risetnya.

Dia meramal, tahun ini ROTI membukukan penjualan Rp 1,66 triliun dan laba bersih Rp 199 miliar, masing-masing tumbuh 30,7% dan 28,4% dari proyeksi 2012, sebesar Rp 1,27 triliun dan Rp 155 miliar.

Adapun, di 2014, ia menaksir, laba bersihnya akan mencapai Rp 266 miliar. Dengan asumsi ROTI memiliki dua pabrik baru di 2016 dan menambah satu pabrik baru per tahun hingga 2022, Hui memperkirakan, ROTI bakal menguasai 31% pasar roti di Indonesia pada 2022.    

Nyam.., sepertinya saham ROTI masih yummy, ya.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×