Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) memiliki pemegang saham baru yakni PT United Tractors Tbk (UNTR). Setelah resmi menjadi bagian dari UNTR, ACST optimistis bisa melakoni bisnis lebih mapan, dari sisi pendanaan. ACST bisa mengerjakan proyek milik Grup Astra.
Tahun ini, ACST menargetkan pendapatan tumbuh 20% dibandingkan proyeksi tahun lalu di Rp 1,33 triliun menjadi Rp 1,59 triliun. Selain itu, ACST berharap bisa mengantongi 40% kontrak baru dari proyek Grup Astra. Selebihnya sekitar 60% dari eksternal. Target kontrak baru ACST tahun ini Rp 1,5 triliun.
Para analis sepakat, prospek ACST tahun ini kian menjanjikan setelah menjadi menjadi anggota baru Grup Astra. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri melihat, jaringan ACST akan semakin luas. "ACST akan semakin mudah mendapatkan proyek baru baik dari internal Astra maupun dari luar, karena dampak dari brand Grup Astra," kata Hans, memberi analisis.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities menambahkan, ACST masih memiliki peluang cerah dalam pembangunan infrastruktur, seperti jembatan, jalan dan pelabuhan yang mungkin bergabung dengan Astra. "Yang penting, ACST mampu memperhitungkan skala untung rugi, kalau penyedia tenaga kerja pasti bisa," ujar dia.
Dalam naungan Grup Astra, akan mudah mendapatkan kontrak baru lebih besar dibandingkan tahun lalu. Apalagi, ACST sudah memiliki proyek sendiri, ditambah proyek dari Grup Astra. Jadi, pendapatan ACST tahun ini akan meningkat.
Proyek pemerintah
Meski Astra bisa berefek baik bagi ACST. Hans menilai, upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur tidak akan berdampak langsung pada ACST. Maklum selama ini, ACST hanya memiliki lini bisnis di bidang pembangunan gedung pencakar langit. "ACST memang mempunyai teknologi yang bagus di highrise building, tapi itu proyek yang biasa dikerjakan ACST berbeda dengan infrastruktur yang digenjot pemerintah," jelas dia.
Maria Renata, Analis Trimegah Securities, menilai, ACST tidak akan bisa menikmati cuan dari proyek pembangunan infrastruktur yang sedang didorong pemerintah. Argumennya, pangsa pasar ACST berbeda dari emiten konstruksi lain, yang fokus pada pembangunan high rise building. "Sejak dulu, ACST hampir-hampir tidak ada proyek dari pemerintah. Proyek ACST banyak dari swasta," kata dia.
Namun, ACST masih ada kesempatan mengerjakan proyek dari pemerintah. Pasalnya, pemerintah ingin BUMN konstruksi tidak mengerjakan proyek dengan nilai kurang dari Rp 30 miliar. Kesempatan ini, bisa diambil ACST untuk menggenjot tambahan pendapatan.
Hans memperkirakan, pendapatan ACST bisa mencapai Rp 1,16 triliun dengan laba bersih Rp 96 miliar di 2014. Sementara pendapatan dan laba bersih ACST bisa meningkat menjadi Rp 1,33 triliun dan Rp 103 miliar di 2015.
Hans dan Edwin menyarankan buy dengan target masing-masing di Rp 5.450 dan Rp 5.490. Sedangkan Maria merekomendasikan buy namun masih merevisi target ACST. Kemarin (16/2) harga ACST naik 1,68% menjadi
Rp 4.845 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News