Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten properti telah melaporkan hasil kinerja marketing sales sepanjang 2021. Hasilnya, mayoritas mencetak pertumbuhan dibandingkan 2020.
PT Ciputra Developement Tbk (CTRA) membukukan marketing sales Rp 7,4 triliun atau naik 35% yoy. Lalu, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) mencetak pertumbuhan marketing sales 40% yoy menjadi Rp 1,4 triliun, dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) tumbuh 41% yoy menjadi Rp 4,7 triliun.
Kemudian, marketing sales PT Intiland Development Tbk (DILD) naik 75% yoy menjadi Rp 1,64 triliun. Selanjutnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) melaporkan pra-penjualan tahun 2021 mencapai Rp 4,96 triliun, naik 86% yoy.
Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun 2022
Kendati begitu, saham emiten properti masih berada di zona merah sejak awal tahun. IDX Sector Properties & Real Estate menjadi indeks yang mengalami penurunan paling berat setelah sektor teknologi. Indeks ini turun 6,37% ytd.
Sejak awal tahun, kelima emiten ini juga mencatatkan penurunan harga saham. Saham CTRA tercatat turun 4,64%, PWON turun 6,90%, SMRA turun 18,56%, DILD turun 8,97%, dan LPKR turun 8,51%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai sentimen yang masih membayangi sektor ini dari Covid-19. "Covid-19 mempengaruhi konsumsi dan konsumsi mempengaruhi daya beli," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/1).
Baca Juga: Tingkatkan Kinerja, PTPP Bakal Lakukan Divestasi Aset
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan ditahan di level 3,50%. Hanya saja, Nico melihat giro wajib minimum (GWM) naik sehingga efeknya ketika GWM naik maka otomatis beban meningkat dan cepat atau lambat tingkat suku bunga kredit akan naik.
Terlebih, saat ini Nico menilai sektor properti belum memiliki sentimen positif yang dapat mendongkrak harga sahamnya. Dia menyarankan investor untuk melepasnya terlebih dahulu. Namun, untuk jangka yang cukup panjang Nico melihat saham BSDE dan CTRA masih bisa menjadi pilihan.
Baca Juga: Catat Rekomendasi Saham Penghuni LQ45 Jelang Rebalancing
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Mayang Anggita menambahkan secara jangka panjang sentimen yang dapat mendongkrak emiten properti berasal dari proyek ibu kota baru. Dia melihat saham BSDE, CTRA dan APLN memiliki prospek yang menarik.
Secara teknikal, Mayang melihat saham BSDE menghadapi uji support pada lower wedge merah di sekitar kumpulan rasio fibonacci di Rp 965-Rp 960. Dia merekomendasikan speculative buy di sekitar area tersebut.
"Seiring adanya RSI positive divergence, BSDE berpotensi rebound menuju dynamic resistance MA10, MA20 dengan upper wedge merah di Rp 990-Rp 1.020. Target selanjutnya adalah MA50 di Rp 1.050," ujar Mayang.
Baca Juga: Mencermati Saham-Saham LQ45 Menjelang Rebalancing
Untuk CTRA, dia melihat sahamnya nampak berusaha bertahan di atas lower channel biru di Rp 900 dengan kondisi saat ini menghadapi MA10 di Rp 933. Level ini harus mampu dihadapi, sehingga CTRA berpotensi lanjut naik menuju resistance MA20 di Rp 955, disusul upper channel di seputaran Rp 985 extended to resistance psikologis Rp 1.000.
Dia menyarankan buy on weakness APLN di sekitar support previous low Rp 110. Terdeteksi RSI positive divergence, APLN berpotensi rebound menuju MA10 di sekitar Rp 115 sampai dengan MA20 sekaligus upper wedge biru di Rp 120.
"Level ini harus mampu dihadapi, sehingga terbuka peluang menuju MA50 di Rp 126 disusul target pattern di seputaran Rp 135," tutupnya.
Baca Juga: IHSG Turun 1,31% ke 6.568 Pada Selasa (25/1), Investor Asing Masih Mencetak Net Buy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News